Thursday, February 02, 2006

Sopranino


Dulu pernah hidup seorang anak bernama Sopranino.
Seperti kebanyakan anak-anak muda lain di zaman Little Missy dan Tuan Baron, dia bekerja di rumah seorang tuan tanah yang punya berhektar lahan dan ratusan ternak. Dia bukan negro, dia seorang Argentina dan bekerja di sebuah distrik kecil selatan Buenos Aires.

Orang-orang mengenalnya sebagai Sopranino yang Bodoh, dia selalu teledor akan segala sesuatu. Pagi hari, dia sudah diharuskan bangun sebelum subuh untuk mengisi tandon air dengan menghidupkan pompa (tetapi dia selalu lupa mematikannya), setelah itu dia harus menyiapkan hasil kebun untuk dimasukkan ke truk bak, membuka pagar agar truk cepat berangkat dan secepatnya menutup kembali pagar kayu itu, sebab kalau tidak ternak-ternak akan ikut keluar (tetapi dia selalu lupa menutup kembali), berlarian menyerbu jemuran dan menginjak kain-kain (dan awalnya ini lah yang selalu terjadi). Setelah semua beres (??) dia akan dipanggil si koki di dapur untuk menyiapkan alat-alat, membersihkan, lalu menyimpan setelah selesai dipakai (tetapi dia selalu meletakkan alat-alat ditempat yang salah).

Yah, awalnya semua orang ribut karenanya, Pedro yang bertugas menyapu halaman selalu marah melihat air yang terbuang-buang percuma jatuh dari tandon bagai air terjun, Perez sang supir selalu berteriak-teriak menyalahkan Sopranino yang lupa menutup pintu, Maria Mercedes si tukang cuci tak henti-hentinya mengomel melihat jemurannya kotor lagi terinjak kaki kambing2 dan sapi2, Si Koki Hector mengumpat-ngumpat tak jelas saat harus mencari pisau-wajan-sutil di dapur.

Lama kelamaan semua orang terbiasa dengan Sopranino, Perez tidak pernah menyuruh Sopranino membuka pintu, sebab dia tahu pintu sudah terbuka saat dia harus berangkat subuh-subuh, Pedro tidak pernah mengomel lagi melihat air terjun dari tandon, malah dia sudah menyiapkan sabun dan berdiri tepat di bawah galonan air untuk mandi seperti di pancuran, Maria Mercedez selalu mencuci dan menjemur baju2 saat merasa ternak2 sudah keluar semua, Hector sudah tau kalau wajan akan dia temukan di tempat sapu, pisau di dekat tempat menyimpan telor, dan sutil di langit-langit...semua menjadi normal untuk berbulan-bulan...dan memang semakin terkenal lah dia sebagai Sopranino yang Bodoh.

Suatu hari saat memanggul batang kayu untuk dibawa ke dapur, kepalanya terantuk glondongan yang lumayan besar, dia tiba2 merasa pusing-diam beberapa lama, dan ajaibnya saat itu juga dia memahami semua kebodohannya dan tahu bagaimana dia harus berubah. "Terimakasih Tuhan", katanya.
Dia berpikir untuk memulai hidup 'baru'nya esok pagi, saat kerja dimulai.
Dia tidak ingin bilang siapa-siapa.

Keesokan paginya, semua benar-benar berubah. Dia tidak lupa menutup kran pompa, sehingga tampaklah Pedro seperti orang gila berbugil ria berteriak-teriak karena matanya kemasukan busa sabun, air dari tandon berhenti saat dia sedang mencuci muka.
Sebelum dia buka pintu untuk Perez, dia pastikan ternak-ternak tetap di halaman dalam agar nanti tidak ikut keluar saat truk berangkat. Akibatnya, dodge yang dikendarai Perez seperti kendaraan yang tak berdosa, ngebut dan langsung menabrak pintu kayu yang masih tertutup, Perez pun pingsan di depan setir.
Maria yang megira hewan2 sudah keluar, mulai mencuci, namun tiba-tiba dia dan ember2nya ditubruk sapi-sapi yang malah masuk ke halaman dalam.
Hector kebingungan mencari pisau, sutil, dan wajan yang sudah tak ada lagi di 'tempat'nya...semua marah dan menyalahkan Sopranino.

Sopranino pun kebingungan dengan kemarahan orang-orang. "Ada apa ini Tuhan?", bisiknya dalam hati, dan tentu saja dia tetap tidak paham sebab otaknya memang perlu tertimpa balok sekali lagi.

Di sebuah distrik kecil selatan Buenos Aires, di zaman Litte Missy dan Tuan Baron, untuk ke dua kalinya, tercipta sebuah keramaian pagi-pagi.

No comments: