Saturday, June 24, 2006

Pulang


Pulang
dalam awan pada jalan
keremangan jalan pikiran
titik-titik kampung halaman
dan sebelum aku benar-benar pergi
aku pulang buat terakhir kali
...
Aku
anak panah
yang terpelanting dari busurnya
---

Friday, June 23, 2006

Say something nice

Y: Say I can handle it.
M: You can handle it.
Y : Say something nice.
M: Something nice.
Y: Are we negotiating?
M: Always...

vanity

Dari Sebuah Pertandingan Piala Dunia


Dalam sebuah pertandingan di Piala Dunia, sepak pojok siap dilakukan oleh pemain Spanyol. Pemain-pemain Tunisia memenuhi kotak. Posisi: Spanyol 2 Tunisia 1. Penonton bersorak, penonton terdiam, penonton berdoa.

Orang-orang Tunisia mengangkat kedua tangan. Para pendukung Spanyol membuat tanda salib di dada. Mereka meminta pertolongan Tuhan demi sebuah permainan sepakbola. Mereka memohon pada Tuhan untuk hal yang berlawanan. Mereka minta apa yang mereka mau. Mereka masukkan Tuhan Yang Satu ke kantong baju masing-masing.

Berapa jumlah dari mereka yang meminta kemenangan? Hampir semua saya kira. Kita begitu sering meminta pada-Nya sesuatu demi kemenangan kita, dalam setiap kompetisi, dalam persaingan-persaingan, judi dan perlombaan. Bukankah kemenangan kita berarti kekalahan orang lain? Bukankah orang-orang lain bisa saja memanjatkan doa yang sama? Apakah ini bukan berarti kita sudah mengempit Tuhan di antara jari-jari, dan Tuhan kita bukanlah Tuhan orang lain, Tuhan kita masing-masing adalah Tuhan pribadi?

Saat kita membuat ‘permintaan’ menjadi sebuah ‘keberpihakan’, kita hitung-hitung kemana Tuhan bakal berpihak. Kita hanya tahu soal kemenangan, tidak ada jalan keluar yang lain. Dan saat kita gagal, kita bertanya-bertanya, ‘mengapa masalah sesepele ini saja Dia tidak mengerti? Bukankah hidup saya sudah begitu menderita, namun Engkau tak juga mau memberi sedikit bahagia? ‘. Kita bukan bertanya. Kita protes…

-bahkan kepada Tuhan kita egois.

Bukankah lebih baik mereka memanjatkan doa kepada Yang Kuasa dengan, “Ya Tuhan, berikanlah aku ketegaran saat harus menerima kekalahan..”. "Ya Allah luruskan hatiku, imanku, penghambaanku kepada-Mu dalam setiap cobaan, dalam setiap kesedihan, dalam setiap kebahagiaan..".

Saat kemenangan kita berarti kekalahan orang.

Saat kebahagiaan kita berarti kedukaan pihak lain.

Saat kita begitu takut kalah dan begitu ingin menang.

Saat kita letakkan Tuhan di kalung-kalung, kemudian kita adu dengan kalung-kalung orang, dan kita menunggu-nunggu siapa yang akan dikalahkan.

Saat kita jadikan Tuhan sebagai ‘pembantu’ dalam pemenuhan nafsu-nafsu pengakuan.

Maka semua adalah jalan buntu….


Menit sembilah puluh lebih, peluit ditiup. Pertandingan usai.

Spanyol unggul, 3 melawan 1..

Tuhan, ampuni keserakahan kami….

Wednesday, June 21, 2006

at the end......

we must follow others...even though jobless isn't a crime...?

Monday, June 19, 2006

Semrawut


Semua bilang arus sumbangan korban bencana alam semrawut. Manajemen mitigasi dan peringatan dini semrawut. Masalah informasi dan penjelasan pemerintah tentang gempa, Merapi, dan korban-korban juga dikatakan semrawut. Semua menyebut kata semrawut, seolah hidup di negara ini bukanlah sesuatu yang diwarnai kesemrawutan. Semua berkomentar :semrawut, seolah urusan individu-individu tsb sudah teratur, teregulasi secara taken for granted sejak orang2 itu lahir dan nongol di bumi. Mantan presiden KM UGM Nur Hidayat pernah berbicara dengan saya suatu kali, dia bilang kalau sekarang orang2 lebih suka (punya kecenderungan) berpikir -dengan meminjam bahasanya- "apatis yang berbasis a priori". Bahwa hidup di negara ini susah, segala sesuatu sudah semrawut, sejak mengurus surat nikah, acara pernikahan, surat cerai, urusan imunisasi di posyandu atau Puskesmas, masalah pajak, masalah gaji yg kena sunat terus, masalah hiburan di TV yg mengkhawatirkan, masalah inflasi dan kenaikan harga susu dan sayuran, masalah angkutan umum yang penuh calo dengan tarif g pernah beres, tabrakan kereta dan pesawat yg berjatuhan seperti mangga busuk, urusan buat SIM dan perpenjangan STNK, tilang-menilang, urusan uang sekolah anak2 yang mahal, ormas-ormas yang lebih parah dari maling, masalah ASKES dan manajemen kesehatan, sampai-sampai orang mati kesulitan buat surat keterangan wafat..praktis, dari lahir sampai almarhum rakyat di negeri ini terikat-terjalin-terpelintir-terjerat-carut marut kesemrawutan. Sehingga apa kemudian yang lahir di benak2 mereka? Tidak lain bahwa: semua hal yang berkaitan dengan pemegang otoritas negara ini pasti akan menimbulkan kesemrawutan. Tidak ada manajemen yang tidak semrawut. Hasilnya, jangankan mengurus korban bencana beribu-ribu jiwa, andaikata pemerintah bermaksud membuat 1 biji tong sampah pun, tidak ada yang tidak bakal berkomentar. Secara mental, terdapat dislokasi dan kesenjangan yang dilebih-lebihkan antara realita dan idealita oleh manusia2, bahkan mungkin saking a priorinya, kenyataan menjadi sama sekali tidak penting, dan komentar tentu saja no 1. Saya yakin, mayoritas orang2 yang berpenyakit komentar tsb tidak pernah menyaksikan (bahkan mungkin tidak mau tahu) kejadian apa sebenarnya yg ada di Bantul atau Klaten. Kesengsaraan korban, kelelahan relawan, kejenuhan tim medis, pusingnya tentara dan pemerintah wilayah, bingungnya menteri-menteri dan SBY. Bukankah kalau rumah anda kotor dan anda melihat rumah orang lain tampak lebih kotor, maka anda akan jadi lebih bahagia, apalagi kalau bisa komentar sana-sini.
Saya pikir, kalau semua sudah pernah merasakan bahwa hidup memang semrawut, maka berhentilah berkomentar. Tak ada yang bisa diperbaiki dengan itu.
Semasih kita punya lebih banyak waktu untuk berleha-leha dibandingkan keinginan membantu mereka, maka tak ada pentingnya komentar...
Semasih kita lebih sayang pada harta kita dibanding nyawa atau nasib sesama, maka tidak perlu berkomentar...
Semasih Bapak-bapak hoby korupsi di ruang2 ber-AC, berhentilah berkomentar...
Semasih anda berniat untuk langsung mencuci tangan setelah bersalaman dengan para korban, berhentilah berkomentar...
Semasih Mbak2 artis langsung ke hotel,spa, dan salon setelah berlagak meninjau lokasi bencana, masukkan kembali komentar itu ke pantat masing-masing...
Semasih kita cuma bisa ngomong tetapi tak pernah mau berpikir bagaimana menyelesaikan, maka lebih baik kita diam...
Semasih saudara tidak perduli dengan nasib korban2 yang berencana bunuh diri, lebih baik saudara makan sendiri komentar2 itu...
Dan suatu hari, seorang ibu tua dengan pandangan menerawang melihat dinding2 yang tersisa, berkata, "mereka, orang2 kaya itu datang, melihat-lihat, memberi sedikit uang, sambil berdiri di atas sepatu2 mahal mereka menginjak-injak tikar alas tidur kami.."
Semrawut? Siapa sebenarnya yang semrawut....

Dear Lia Aminuddin

So..where is your Jibril?

what did they say bout d'quake??



  • "KEGIATAN GUNUNG MERAPI", (Komisi Tektonik PP-IAGI)
  • "GERAKAN LEMPENG BUMI DI LAUT SELATAN YOGJA", (BMG)
  • "GERAKAN PATAHAN LAPISAN BUMI YANG MEMANJANG DARI BANTUL SAMPAI KLATEN ", (BG-ESDM)
  • "efek kemarahan Ratu Kidul", (Ki Joko Bodo)
  • "Ratu Kidul ngamuk, karena yang pro RUU APP semakin ganas, dan Ratu Kidul ngggak boleh pake kemben lagi..", (Permadi)
  • "Gempa Yogya bukanlah hukuman buat orang yogya atau Jateng, melainkan teguran Allah untuk seluruh rakyat Indonesia. Ketika seluruh rakyat Indonesia tidak ada satupun yang memiliki keberanian untuk menegur Gusdur atas pernyataannya yang sudah keterlaluan itu dalam menghina Al Quran", (maillist [islamkristen] Re: Kejadian sebenarnya mengenai "pengusiran" gusdur-mbah_dukunn)
  • "itu ibarat timbangan yang berat sebelah, sehingga poros itu bergoyang-goyang. Agar seimbang, kuncinya ada pada keraton karena berada persis di tengahnya. Dalam konteks kekinian, keraton bisa diibaratkan pemerintah Indonesia. Poros laut selatan-kraton-Merapi ibarat timbangan, layaknya simbol dunia peradilan sekarang. Betapa sengsaranya rakyat lantaran hukum belum ditegakkan semestinya di negeri ini. Satu contoh penanganan hukum kasus korupsi yang masih timpang.", (Damardjati)
  • "Kata orang-orang tua, ada gempa karena Nyi Roro Kidul melintas, beredar cerita Sang Ratu akan menikahkan putrinya. Menantunya dikabarkan berasal dari Gunung Merapi", (Wawan - mhs PTS Yogya)
  • "Gempa Yogya dan Aktivitas Gunung Merapi adalah murka Tuhan atas ditolaknya eksepsi Lia Aminuddin oleh JPU..", (Risalah Ruhul Kudus Komunitas Eden 12/6 2006)
  • "Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat." [An Nahl:16]
  • "Gempa Yogya? rugi deh ga ngerasain...", (Pandegers 50)

The Bunghole Company pt. 1

Brought to you (proudly) by Halliburton...

Apakah Anda Tahu...?


  • kalau dalam seumur hidupnya, rata-rata manusia telah berjalan kaki sepanjang dua kali keliling bumi..
  • regulasi tentang penjualan roti telah ditetapkan sejak 1266 dalam Assize of Bread and Ale yang mengatur tentang standar kualitas, aturan ini telah ditegakkan selama 600 tahun..
  • penahanan penyair Perihan Magden di Turki akhir tahun lalu, telah menyulitkan negara tsb untuk diterima menjadi salah satu anggota Uni Eropa..
  • pada tournya yang bertajuk A Rush of Blood to the Head Tour , vokalis Chris Martin sering kali menghirup helium dari sebuah balon gas sebelum bernyanyi..
  • Ahmedabad Stock Exchange, bursa efek tertua ke dua di India, awalnya beroperasi di bawah pohon banyan pada 1875..
  • Caligula, kaisar romawi yang memerintah sejak tahun 37-41, pernah hampir mengangkat kuda kesayangannya (Incitatus) sebagai konsul karena ia menganggap kuda tsb berkualifikasi untuk itu, setelah kemudian ia melakukan hubungan incest dengan saudarinya..
  • bahwa sebuah film tentang kehidupan kaum autis: Autism Every Day yang dirilis Mei tahun ini, ternyata banyak dikecam oleh para penderitanya...
  • organisme terberat di dunia adalah tanaman Pando, dengan bobot 6 ribu ton...
  • Philip Staufen adalah nama yang diberikan bagi Mr. Nobody, seorang penderita amnesia di sebuah RS di Ontario, yang hinga kini tidak 'berhasil' memiliki masa lalu...

Benarkah Ariel dan Parto punya hubungan darah?

"saya tegaskan sekale laghe, yang mana daripada isu tsb adalah fitnah semata-mata, mengerte semua'?"

"gua udah nawarin tes DNA ke dia...Aa' Parto' tega lu a' ama adek sendiri..."
akhir cerita, hanya mereka berdua yang tahu...

Sunday, June 18, 2006

Indigo Children: something behind their eyes


Pernah dengar sebutan Indigo Children?

Karena penasaran, akhirnya saya cari juga beberapa penjelasan tentang hal ini. Indigo children merupakan konsep psikologi baru yang awalnya ditemukan/digunakan oleh pasangan suami-istri Tober dan Caroll, melalui buku mereka The Indigo Children: The New Kids Have Arrived. Tober dan Caroll memakai istilah Indigo yang menunjukkan warna ‘aura’ umum yang muncul dari diri para indigo children.

Kemudian bagaimana sebenarnya indigo children itu? Buku tsb menjelaskan bahwa “indigo children adalah anak laki-laki maupun perpmpuan yang menunjukkan atribut2 psikologis yang baru dan sangat jarang ditemukan, mereka memnunjukkan tingkah laku yang berbeda”. Atribut2 psikologis yang dimaksud al: memiliki kemampuan/pengembangan bidang teknologi yang sangat baik, tidak penakut, empatik, telepatik, memiliki kebjaksanaan yang jauh lebih maju dibanding anak seusianya, berintuisi tinggi, bisa mengedalikan diri. Yang jelas, mereka adalah anak-anak yang dilahirkan dengan bakat spiritual yang tinggi. Mereka adalah individu2 yang berpola pikir sangat multidimensional. Jika para jenius terdahulu dianggap telah diberi IQ yang baik, maka para indigo ini adalah mereka yang dilahirkan dengan Spiritual Quotient yang begitu tinggi.

Seringkali bakat ini disalah artikan sebagai varian dari gangguan mental “Attention-Deficit Disorder’, yang menunjukkan kekurangan kemampuan “tanggap” seseorang terhadap “aksi” yang ia terima dari lingkungan sosialnya. Penyakit ini ditunjukkan oleh sifat ketidakpedulian akan suatu hal, serta sangat distraktif. Pada beberapa kesempatan, tingkah laku ini (dengan di-salahpersepsi-kan) memang sering dijumpai dalam diri seorang indigo.

Menurut Tober dan Caroll, ada 4 kategori bakat umum yang ada pada diri seorang indigo, yaitu: humanitarian, konseptual, artistic, dan terakhir, sifat inter-dimensional (spiritual). Dari sudut pandang sejarah, lahirnya banyak individu2 indigo beberapa decade terakhir di amerika dianggap sangat berkaitan dengan lahirnya “Flower Generation” di akhir 1960-an. Dengan paradigma ‘generasi bunga’ yang anti perang dengan slogan2: 'Peace, not War', 'Make Love, Not War', 'Give Peace a Chance', pemerintah AS saat itu benar-benar berusaha menekan aktivitas mereka, sehingga tidak sedikit dari mereka yg ditahan. Dengan paradigma ini, “flower generation” yang nota bene juga ambil bagian pada decade “baby boomers”, dianggap telah menurunkan bakat-bakat khusus indigo tersebut bagi generasi-generasi berikutnya. Jika pada tahun 1960-an ‘bunga-bunga’ itu mulai tumbuh, maka pada decade ini semuanya bermekaran. Menurut saya, konsep ini adalah suatu bentuk evolusi spiritual yang (mungkin) suatu saat nanti dapat dijelaskan dari sudut pandang biomolekuler DNA manusia.

Karakteristik dari indigo children yang sering dijumpai:

  • Mereka adalah individu2 yang royal.
  • Mereka merasa “layak/deserving untuk ‘ada’”.
  • “Self-esteem” bukanlah hal aneh pada diri mereka. Mereka sering membicarakan tentang “siapa mereka?” pada orangtuanya.
  • Mereka selalu merasa ’kesulitan’ terhadap ‘otoritas’ dari pihak lain.
  • Mereka ‘malas’ pada hal-hal yang menunjukkan ‘kewajaran’ pada lingkungan sosialnya. Mengantri adalah sesuatu yang tidak mereka sukai.
  • Kuferustasian pada system yang telah terbangun/establish, dan lebih mementingkan cara lain yang lebih kreatif.
  • Selalu berusaha mencari ‘jalan lain’ yang lebih baik pada segala hal (memiliki sifat tak-kompromi pada semua semua system yang ada).
  • Seringkali terlihat sangat anti-sosial, kecuali jika berada pada komunitas yang sama dengannya. Mereka merasakan ketidaknyamanan jika berada pada lingkungan social yang tidak mengesankan “kesadaran/consciousness” seperti dirinya. Sekolah adalah tempat yang tidak begitu menyenagkan baginya.
  • Mereka sama sekali tidak terpengaruh dengan trik2 ancaman atas kesalahan mereka, seperti kalimat berikut:"Wait till your father gets home and finds out what you did".
  • Mereka sangat ‘paham’ akan diri mereka dan tidak malu untuk menunjukkan apa kepentingan dan kebutuhannya
  • Pandangan mata yang menunjukkan kebijaksanaan
  • Kemampuan empati yang sangat baik, namun tak jarang menunjukkan yang sebaliknya
Meskipun demikian, tidak sedikit para ahli yang mengkritik konsep ini. Karena karakteristik2 tersebut secara umum juga dapat dilihat dalam diri anak normal lainnya, sehingga ‘bakat’ ini tidak bisa dikatakan unik.

Sedangkan para pendukung teori ini meyakininya, salah satunya melalui uji fotografi “Kirlian” untuk mengamati warna aura mereka, serta dengan melakukan interview thdp para individu2 tersebut. Mereka berpendapat bahwa dalam diri indigo children telah berlangsung pengaktifan beberapa bagian tertentu dari DNA tubuhnya, dimana dalam diri orang normal hal tsb tidak terjadi.

Konsep lain yang mirip, ditemukan juga di Yunani. Seorang jurnalis di Athena (Kostas Hardavelas) menggambarkan bahwa beberapa anak yang lahir pada bulan April 1983 di Yunani ternyata diketahui memiliki IQ yang tinggi, pengalaman spiritual tertentu, serta beberapa tanda lahir yang mirip. Fourakis, seorang penulis Yunani, meyakini bahwa April Kids (sebutan bagi anak2 tersebut) punya ‘misi’ tertentu bagi masa depan umat manusia.

Saya tidak punya banyak komentar. Yang jelas saya kira selalu ada makna berbeda dibalik semuanya, tentang yang tampak, yang abstrak, impian-impian, misi, dan kepercayaan.

Ngomong2 mungkinkah saya juga adalah seorang Indigo, karena saya suka pada lagu ini ;p :

"we would stay and respond and expand and include and allow and forgive
and
enjoy and evolve and discern and inquire and accept and admit
and divulge and
open and reach out and speak up

we'd open our arms we'd all jump in we'd all coast down into safety nets
we would share and listen and support and welcome be propelled by passion
not
invest in outcomes we would breathe and be charmed and amused by difference
be gentle and make room for every emotion

This is utopia
this is my utopia
This is my ideal my end in sight
Utopia this is my utopia
This is my nirvana
My ultimate..
"

(Utopia by Alanis Morissette)

-dari berbagai sumber.


Yellow Aura Colour Meanings

YELLOWS - Aura Colour Meanings

PALE YELLOW : introversion

PRIMROSE : Cheerfulness and confident

LEMON YELLOW : strength of direction

BUTTERCUP YELLOW : focused on a path of action

GOLDEN YELLOW : Indicates inspirational thought

MUSTARD : May indicate manipulative tendencies

STRAW YELLOW : day dreamer

(from mystic familiar)

It's Not Working, George!


"Why was Dick Cheney so eager to invade Iraq?
Cheney was the CEO of Halliburton in 1995-2000. In 2001, Halliburton won a contract from the Department of Defense to provide "emergency services" to the Pentagon. That contract may explain Cheney and his gang on Iraq. The contract was worth billions. But only if there was a war. If there was peace, the need for "emergency services" would be small. Halliburton was not doing that well. It needed the big bucks.."
- Juan Cole, 'Halliburton (fuck!!) and Iraq: The Purloined Letter', September 9, 2004, antiwar.com

"Tell all those assholes in D.C. to get us the f--- out of here. This is bullshit!"
- an email from US Soldier who is still serving in Iraq.

"Together we can change the path of the United States so that all fathers and mothers can face the future with pride that we did our part to move our great country back toward the way it's supposed to be.."
- Michael Berg, father of Nick Berg (US independent contractor, murdered in Iraq on May 7, 2004); June 17, 2006. michaelmoore.com


That love could kill the pain

Truth is never vain

It turns strangers into lovers

And enemies to brothers

Just say you understand

(Without You Here by Goo Goo Dolls)

Saturday, June 17, 2006

seberapa besar kekuatan gempa yogya?


seberapa besar kekuatan gempa yogya?

berikut adalah skala kekuatan gempa yg disusun oleh Richter:

  • skala 3,0: baru terasa goncangannya di lantai atas
  • skala 4,0: jendela, mebel gemeretak, mobil bergoncang, setara dengan tornado atau 56 ton bom biasa
  • skala 5,0: pohon goyang, mebel bergeser, menyebabkan beberapa kerusakan. setara dg 1800 ton bom biasa
  • skala 6,0: bangunan rusak, tembok roboh, setara dengan 56 ribu ton bom biasa
  • skala 6,2: GEMPA JOGJA, kerusakan yg ditimbulkan setara dengan bom atom Hiroshima
  • skala 7,0: bangunan & jembatan batu hancur, setara 1,8 juta ton bom
  • skala 8,0: gempa tidak hanya dapat dirasakan, tetapi juga dapat dilihat penjalarannya, setara 56 juta ton bom
  • skala 9,2: krakatau (1883), aceh (2004); jogja dulu juga pernah mengalami gempa sebesar ini
  • skala 10,0: letusan gunung tambora 1815
Selengkapnya (Sumber Wikipedia):
Descriptor Retro Earth magnitudes Earthquake Effects Frequency of Occurrence
Micro Less than 2.0 Microearthquakes, not felt. About 8,000 per day
Very minor 2.0-2.9 Generally not felt, but recorded. About 1,000 per day
Minor 3.0-3.9 Often felt, but rarely causes damage. 49,000 per year (est.)
Light 4.0-4.9 Noticeable shaking of indoor items, rattling noises. Significant damage unlikely. 6,200 per year (est.)
Moderate 5.0-5.9 Can cause major damage to poorly constructed buildings over small regions. At most slight damage to well-designed buildings. 800 per year
Strong 6.0-6.9 Can be destructive in areas up to about 100 miles across in populated areas. 120 per year
Major 7.0-7.9 Can cause serious damage over larger areas. 18 per year
Great 8.0-8.9 Can cause serious damage in areas several hundred miles across. 1 per year
Rare great 9.0 or greater Devastating in areas several thousand miles across. 1 per 20 years

Dua ditarik


Siapa yang sanggup mempertaruhkan hidupnya dengan begitu berani bagi nyawa orang lain? Siapa dia yang memberikan nyawanya, satu-satunya yang ia punya bagi sesuatu yang bukan miliknya? Siapa yang begitu ikhlas menyerahkan dirinya atas nama kemanusiaan, yang menurut banyak orang sekarang adalah sesuatu yang tak pernah orisinal?

Dua hari yang lalu, dua orang relawan jatuh. Dalam bunker saat ditikam panas bersuhu 400C, dia hanya merasa lapar dan kedinginan, cerita terakhir yang ia kirimkan dari gelapnya terowongan. Tak terbayangkan saat timbunan material membuat liang persembunyian itu kian memanas, hingga menghanguskan organ-organ. Dalam gelap. Dalam ketidakpastian, hingga saat kematian ditentukan..

Apa sebenarnya yang kamu cari, sahabat?

Benarkah dunia masih membutuhkan sentuhan platonis manusia atas sesamanya?

Benarkah ada ketulusan yang tak habis-habisnya bagi nasib orang lain?

Benarkah filantropi masih memberi makna dalam pragmatisme orang-orang yang melihatnya sebagai sebuah kekonyolan, pertunjukan badut-badut yang bahkan tidak membuat mereka tersenyum?

Benarkah manusia masih bisa tersentuh atas sebuah cerita tentang kemanusiaan?

Sahabat, dalam lubuk hati yang terdalam, selalu bisa kau ketuk aku dengan pemaknaan. Dengan keparipurnaan. Bahwa hidup memang seharusnya berarti bagi sesama. Hidup bukan masalah panjang pendek, namun hidup adalah masalah pencerahan. Dunia bukan sekedar banyak sedikit yang kita punya, namun ini tentang berapa jumlah nyawa yang ingin, dapat, dan telah kita bantu. Hidup bukan sekedar mulut dan perut, bukan nafsu pribadi, tetapi tentang cinta, tentang eksistensi kita; bahwa buih harus berjalin untuk membuat gelombang…dan hanya dengan banyak gelombang baru kita bisa mengangkat jangkar dan berlayar dalam samudera pangestu.

Dua bulan lagi kau akan diwisuda, saudaraku.Dan tidak mungkin kau hadir. Karena itu memang tidak perlu lagi, sebab sebuah akhir yang paripurna, akhir yang penuh makna, akhir dalam syahid yang setiap orang ingin punya, adalah wisuda dari Yang Maha Pirsa.

Tidak juga perlu kau jawab pertanyaan-pertanyaan itu, saudaraku. Biarkan kami malu dalam dunia kami, yang kami penuhi dengan cermin-cermin pemuasan diri. Sungguh, hari ini kami malu untuk berdiri sejajar denganmu.

Tuhan besertamu.

sabda-Mu
gempa jantung-Ku

dan nama
yang berulang kali
kudengar
gaung di
dasar
palung

gugurlah
batu-batu
yang susun
dinding hati

runtuhlah
genting-genting
sirap penutup
atap sajak-Mu

dan di ujung senja
cekam pukau-Mu:
gentar isakku

-terimakasih untuk titiknol

saya jadi ikut liat bola


mengira-ngira boleh saja kukira, ya seperti yang kira-kira orang lain juga kira...

(click it!!)

Friday, June 16, 2006

Suatu Pagi


Pukul enam suatu pagi, dalam usaha keras menyelesaikan sebuah buku sambil tiduran di kursi panjang, saya menemukan suara berkecipak dalam sebuah gelas berisi sirup setengah penuh. Karena kemudian suara itu benar-benar mengganggu kesibukan saya memvisualisasi sebuah kisah, maka saya perhatikan ia baik-baik. Ternyata seekor cicak sekarat tampak sedang berusaha mati-matian mengeluarkan diri dari cairan kekuningan dalam gelas, yang jelas-jelas sudah berhasil menenggelamkannya, paling tidak untuk beberapa menit sebelumnya. Saya ambil cicak itu dengan sendok, saya lempar keluar gelas. Diam beberapa saat, setelah itu dia lari, mungkin karena tahu kalau dia tidak jadi mati.

Akhirnya saya terpikir sejenak, tentang cicak, saya lupakan dulu kisah buku itu sebentar. Saya bertanya dalam hati: bagaimana hewan-hewan di sekitar saya jika mereka telah sampai pada saat untuk mati? Dan mengapa saya tidak pernah melihat burung2 yang mati tua jatuh berkelotakan seperti batu dari angkasa? Bukan karena tewas. Hanya mati. Karena tua, karena saatnya memang sudah tiba. Saya menyadari bahwa sebelumnya saya tidak pernah –atau tidak tahu- bagaimana hewan-hewan kecil itu mati. Nyamuk, lalat, cicak, kecoak, burung, kadal, tokek, tikus, ngengat. Saya sering lihat bangkai cicak di antara engsel pintu-pintu kamar mandi, kamar tidur, dapur, di bawah pijakan meja, lipatan buku tebal, di dalam gelas-gelas, terjepit di dinding, dimakan kucing. Saya pernah lihat bangkai nyamuk gepeng di dinding dengan bekas-bekas darah –setelah gerakan refleks saya semalam membuat ia terdampar di situ-, bangkai nyamuk di jala-jala raket berlistrik,di bawah meja sehabis disemprot HIT yang juga efektif membunuh manusia. Tikus-tikus menjadi kerupuk di jalan aspal, menjadi repihan di leleran sisa makanan mulut kucing. Kecoak yang terinjak sandal-sandal, dikepruk koran dan sikat WC, tenggelam di lubang-lubang bau busuk. Mereka mati konyol. Saya tidak pernah melihat salah satu di antara mereka mati karena tua. Mungkin saya tidak tahu. Bahwa mungkin hewan-hewan yang mati konyol adalah hewan-hewan yang sudah ditentukan untuk mati dalam sebuah pengambilan slot, di kumpulan mereka. Mereka yang tewas adalah yang memang sudah tua dalam sebuah pembunuhan direncanakan yang memanfaatkan manusia atau benda-benda. Bahwa mungkin cicak-cicak mengubur diri di antara engsel-engsel dan meja-meja. Atau takdir memang menggariskan hewan-hewan itu untuk mati muda dalam suatu tragedy yang tidak lucu. Atau mungkin hewan-hewan yang benar-benar tau saatnya mati, memilih menyembunyikan diri di suatu tempat, seperti kawanan gajah di film Simba. Sehingga akan sangat jarang manusia –yang tentu saja punya kesibukan lain yang lebih penting- menemukan kuburan itu.

Akhirnya saya memutuskan untuk tidak tahu. Dengan harapan beberapa saat nanti toh saya akan lupa. Seperti biasa…seperti orang-orang lain.

.

Thursday, June 15, 2006

Dari Perkiraan yang Meleset


Belum berselang 24 jam sejak Selasa kemarin, status Merapi yang sempat turun "siaga" dinaikkan "awas" kembali. Awan panas meluncur hingga 7 km. Lahar panas muntah ke Bebeng dan Kaliadem. Hijau daun memutih oleh abu dengan asap mengepul dari tanah yang dulunya ditumbuhi rerumputan. Gelombang lahar mencapai Kinahrejo dan berhenti tepat 200 m di pintu rumah Mbah Maridjan. Dua orang tertimbun dalam bunker Kaliadem sejak 2 hari. Cangkringan kembali dikerubuti pengungsi. Siaran TV: anak-anak berlarian, orang2 tua dipapah, wajah-wajah cemas, wajah-wajah tegang, mereka menangis, mereka berlari sambil menangis, dengan bumbungan awan panas kuning kecoklatan bergolak-golak di atas kepala. Dengan kecepatan 300 km/jam, jarak 5 km akan habis dalam jangka 60 detik. Kejadian tak henti-hentinya membuat saya terharu. Satu bulan terakhir, dunia dipenuhi orang-orang yang berlarian, kurang tidur, tak banyak makan, wajah-wajah tegang, bantuan-bantuan semrawut yabg berseliweran, puing-puing yang belum dibereskan, orang-orang yang trauma berkepanjangan, ketidakpercayaan pada pemerintahan yang salah kasih pengumuman-yang bertele-tele menyalurkan bantuan, anak-anak sekolah yang ujian di tanah-tanah lapang tanpa meja, Mbah Maridjan yang menolak mengungsi, relawan yang tertimbun material2 panas, orang-orang hilang dan teramputasi, korban-korban yang bertambah karena tetanus. Hidup begitu rentan. Dan bumi sama halnya dengan potongan2 keripik yang terapung-apung diatas minyak panas penggorengan magma. Manusia adalah repihan-repihan keripik yang berlarian. Manusia yang terengah-engah meneruskan hidup sembari melupakan kegetiran dengan kesenangan-kesenangan. Nyawa-nyawa terancam yang tertawa-tawa. Bahkan wedhus yang gembel jauh lebih besar dibanding apapun juga. Pertanyaan-pertanyaan yang tiada habis-habisnya tentang apa mau Tuhan. SMS-SMS yang merusak ketenangan. Ada orag bilang: warga Jogja harus bertobat, karena bencana akibat perbuatan manusia yang melawan agama. Bukankah kalau alasannya seperti itu, kita tahu semua, kota mana yang seharusnya ditenggelamkan??
Saat ini, tak satupun orang yang bisa dengan yakin mengatakan kapan semuanya berakhir. Pikiran-pikiran melayang-layang di antara kemungkinan "awal dari sebuah akhir yang menyakitkan" ataukah "akhir dari sebuah permulaan yang mengerikan".

Sunday, June 11, 2006

fragrance


Alcohol denaturation+ Water+PEG-40 Hydrogenated Castor Oil +Limonene+Coumarin+Benzophenone-2+Hydroxyisohexyl +3-Cyclohexene+Carboxaldehyde+Citral+Citronellol+Geraniol+Linalool+CI 19140
= Wangi!!

mmm, rasa-rasanya sains tidak begitu banyak membantu... ;p

Kegagalan Artikulasi


Pernah tau orang ngomong, "yang.....", atau, "tidak yang...". Rada basi seh..tapi saya yakin kita semua pernah dengar. Atau masih belum jelas juga?
Begini..Pada sebuah siaran infotainment, saya pernah melihat seorang seleb (sampai hari ini saya masih yakin kalau selebritis tidak bisa diajak diskusi) ditanya (oleh reporter gosip yang jelas2 tujuan hidupnya menelanjangi kecacatan otak selebriti2 indonesia), "Bagaimana cara Anda mendidik anak, apakah memberi kebebasan atau sering melarang-larang", -jenis pertanyaan yang jelas2 tidak ada gunanya ditanyakan apalagi dijawab, perkiraan saya wawancara ini terjadi pada saat berita perceraian atau penangkapan selebriti mulai hilang dari pasaran, alias lagi sepi sensasi-. Seperti yang sudah2, sang seleb menjawab, "Ya tentu saja saya beri kebebasan, tapi tidak yang ngebolehin dia ini, atau itu". Di lain peristiwa, seorang seleb cantik (dengan otak masih Gress! alias belum banyak dipake), ditanya, "Apa pendapat Anda tentang si X?", kemudian dijawab, "Ya gue asik aja sih ama dia, dia tuh orangnya yang emang heboh gitu kalo diajak hangout, yang sangat care gitu ama temen...yang suka bikin surprise saat orang-orang lain pada bingung mau ngapain, yang kadang-kadang gatel gitu kalau ga' ngisengin temennya, bayangin aja kan gue pernah bla bla bla...yang bla bla gitu...".
Sejak itu saya mulai sedikit terganggu dengan kalimat yang diawali "yang...". Semua seleb (yang sekali lagi mayoritas malas belajar), kelihatannya gaya bicaranya seperti itu. Eh, tak dinyana, saat saya berbicara dengan beberapa teman perempuan saya, mereka juga punya ilmu yang sama, entah belajar di perguruan pencak silat mana? Ngapain seh terganggu? So what gitu loh!
Apa yang terjadi buat saya adalah sesuatu yang saya sebut: Kegagalan Artikulasi. Orang-orang yang menggunakan teknik definisi semacam itu pada porsi yang berlebihan, akan menemukan sindrom kegagalan untuk menjelaskan suatu hal abstrak dengan bahasa/istilah yang lebih simpel (tidak panjang2 kemana-mana). Mengapa ini penting? Bukankah kata "konservatif" lebih baik dari kalimat: "yang bener-bener super galak kalau ketemu orang yang ga' punya sopan santun atau ga' ngerti adat istiadat, terus dia itu yang suka ngatur-ngatur macem-macem kaya orang jaman Diponegoro belum sunat..". Nah, lho...Bukankah penggunaan teknik definisi "yang.." menjadikan segala sesuatu begitu lugas, begitu vulgar, berpotensi menceritakan aib secara transparan, mengurangi seni berbicara, mendorong spontanitas tanpa memfungsikan intelenjensi lebih layak, sebuah bentuk penyerahan diri atas kegagalan artikulasi penjelasan dari kisah/sistem abstrak, tidak bermain cantik, tidak bernilai semantik, yang pada akhirnya cuma sekedar menunjukkan kecacatan intelektual dan menebarkan pesona diri sebagai biang gosip!

Saat kita hanya mau menggampangkan, hanya mau yang gampang, melakukan cuma yang gampang, lalu kenapa ga mau disebut gampangan?

Saturday, June 10, 2006

Batas Ruang Waktu

Kunci pemerintahan Islam :
    • muhammad = pusat-pusat kebenaran dan kepercayaan
    • abu bakar = birokrat
    • umar = militer
    • uthman = ekonom
    • ali = cendekiawan


Menuju Insan Kamil
  • syariat= informatif, pengulangan, repetition as studio, pengulangan ini membuat manusia tersadarkan. Berbeda degan cara langsung penyadaran ---> wahyu
  • tariqat= transformatif...perubahan diri menjadi lebih baik/penggambaran diri sebagai ahli ibadah
  • ma'rifat= "diri kita", kita jadikan sebagai, "diri kita" menurutNya. Diri kita yang seperti kehendakNya.
  • Hakikat= dasar atau arti diri manusia yag membawa nafas Tuhan, roh kita yang imanent, Nur Muhammad. Sehingga dari luar dikatakan sebagai Manunggaling Kawula Gusti.

Menonton Merapi


Sejak kemarin siang (atau pagi?) lahar merah jelas meleler dari puncak Merapi. Sebelumnya, langit memang dipenuhi kepulan awan wedhus gembel, yang kecoklatan. Warga Turgo dan desa-desa lain memadati titik kumpul Tritis. Mendadak semua orang berbicara tentang piroklastik, Geger Boyo, Bebeng dan Kali Gendol, kubah lava, luncuran, kecepatan 300 km/jam, titik api diam, erupsi cair. Awan panas sudah menembus jarak psikologis 5 km. Jalan Kaliurang, jembatan-jembatan sepanjang Kali Code dipenuhi orang-orang. Mereka melihat Merapi. Leleran merah seperti bara rokok, yang kadang membesar meredup mengalir, memancar di kedua sisi yang tampak. Kepala mereka menunggu-nunggu letusan seperti air mancur di gunung Etna Sisilia atau Kilauea di Hawai. Orang-orang haus sensasi, lapar akan hal-hal yang membuat otak terkesima. Orang-orang ramai menonton Merapi. Orang-orang lewat berhenti, kemudian ikut menonton Merapi. Orang-orang yang menonton Merapi sebagian berpaling dan menonton orang-orang yang menonton Merapi. Orang-orang yang sedang ditonton ikut menonton orang lain yang datang untuk menonton Merapi. Orang-orang yang lain menonton orang yang menonton orang yang sedang menonton Merapi. Dan Mbah Maridjan berulang kali bilang kalau jangan salah sangka kepada Merapi. Merapi bukan marah, dan haram kalau disebut meletus bahkan menunjuk pun mereka tak berani. Dalam siaran malam Jumat, Damardjati mengatakan kalau keruntuhan sebagian bangunan Keraton dan beberapa pesanggrahan, tidak ada hubungannya dengan penurunan pamor penguasa daerah, bahwa bangunan cuma sekedar semen dan bata, sedang kredibilitas itu lain soal. Mobil-mobil aktivis dan reporter menuju utara, haus berita. Semakin hancur Jogja, semakin bahagia mereka. Orang-orang memompa adrenalin, orang-orang mengkonsumsi apapun yang bombastis. Mungkin hidup sehari-hari sudah terlalu menjemukan untuk dipikirkan. Dan kebanggaan akan sangat nyata terasa saat mereka bilang: "Sungguh, aku sedang di Jogja saat gempa", atau, "Untung aku di Jogja jadi bisa melihat gunung meletus, kamu sih ga' tau..", dan, "Belum tau rasanya kena gempa, kan? dah loe diem aja!".
Dari infotainmnet: rumah personel Shaggy Dog rusak parah, rumah Sheila on 7 hanya retak...
Kita ikuti perkembangan yang kita mau, bukan yang kita perlu.

Wednesday, June 07, 2006

Selamat jalan sahabat


detik masa yang berlalu
jarak waktu yang memisahkan
antara nostalgia dan masa silam
diusung pergi bersama kenangan indah
pada detik perpisahan
yang sukar dilupakan

saat pertemuan itu
kita masih di tepi jalan
sesat dan takut menceritakan
kepribadian masing-masing

di kala embun masih membasahi daun
ketika aku berpijak disini
aku hanya merenung jauh memandang masa depan
saat itu pasti akan kunjung tiba

segenang air mata yang tak tertitis
pada lambaian yang tidak ingin dilihat

di sini kita pernah bersama
mencatatkan kemenangan
menuliskan sejarah
membawa sekeping hati yang pasrah

Dengan perasaan yang penuh ketabahan...
Kita pasti bertemu jua...

Selamat jalan sahabat...

Dalam Gempa


Belum dua minggu gempa berselang. Orang-orang kaya meneguhkan dirinya dalam bantuan-bantuan. Dan jarak antara mereka dengan yang tersengsarakan bukannya menyempit, bahkan sebaliknya. Peneguhan eksistensi posisi diri dalam piramida otoritas ekonomi. Relawan-relawan bahagia dan tertawa di atas rintihan kesakitan dan helaan sulit nafas-nafas korban. Selalu ada korupsi di dalam segala hal. Peneguhan eksistensi sebagai 'yang diperlukan' di seling lautan sekarat jiwa-jiwa 'yang membutuhkan'. Sebagai sebuah kenikmatan, ini memang menyenangkan. Namun nafsu muthmainah bukanlah sesuatu yang diharamkan, ia memang dibolehkan. Sebab manusia tidak ada yang benar-benar puritan, tidak ada yang memiliki kemutlakan asketisme...filantropi-filantropi yang mencuri kecil-kecilan. Di jalanan laki perempuan berbaris memohon orang-orang lewat. Mereka lebih memilih menengadah daripada mencangkul di sawah. Mereka lebih senang meminta di depan jepretan kamera pendatang dibandingkan mengurus ladang. Mereka ramai berebut sembako sambil melupakan apa itu tepo seliro. Orang-orang lapar. Gempa telah menggetarkan kesadaran, menggegarkan budaya. Dalam bencana moral diangkat, moral diruntuhkan. Berjamaah mereka mencinta sesama, berjamaah mereka kembali pada pengakuan diri. Allah Subhana Wata'ala, maafkan selalu dosa-dosa dalam setiap helaan nafas kami...

money can't be eaten


Only after the last wood has been cut down
Only after the last river has been poisoned
Only after the last fish has been caught
Only after the last bridge has been shaken
Only then will you find that money can't be eaten

kesabaran adalah bumi


ketika bencana merajam demikian
apakah lagi yang patut kita pertengkarkan?
tangisan terpelanting di atas puing
kesendirian terjaring bayang-bayang asing
saatnya beranjak mengerti bahwa:
kesadaran adalah matahari
dan kesabaran adalah bumi
(sedikit dari rendra)

Saturday, June 03, 2006

For The Volunteers


One love
One life
When it's one need
In the night
It's one love
We get to share it
We're one

We're not the same
But we get to carry each other
Carry each other
One

One love
One blood
One life

You got to do what you should

One life
With each other
Sisters
Brothers

One life
We're not the same
But we get to carry each other

Carry each other

One
One

(We'll shine like stars in this silver light)
-dedicated for volunteers all over the world