Monday, May 29, 2006

Mahasiswa Tolak Ujian Selama Piala Dunia

Ribuan mahasiswa beramai-ramai mendatangi pihak universitas meminta penundaan ujian. Bukan karena situasi kampus yang tidak mendukung tapi gara-gara Piala Dunia. Walah!
Penolakan itu dilakukan oleh 7.000 mahasiswa Universitas Teknik dan Teknologi Banglades (BUET) di Dhaka, Banglades. Demi menonton Piala Dunia, mereka nekat mengepung kantor Wakil Rektor, seperti dilansir dari Reuters, Minggu (28/5/2006).
Sebelumnya, pihak universitas telah mengumumkan ujian akan berlangsung tanggal 3 hingga 29 Juni. Kebijakan itu tidak mengindahkan sama sekali keberatan yang sudah diserukan mahasiswa jauh hari sebelumnya agar ujian diundur 1 bulan.
"Kami tidak akan mundur sampai ada penarikan kebijakan jadwal ujian," ujar salah seorang mahasiswa.

===> bukankah ada banyak hal yg jauh lebih penting untuk dipikirkan daripada soal kesenangan?

Sunday, May 28, 2006

Jogja 27 Mei

Pukul 6 pagi kurang 10 menit, di saat saya masih belum sadar benar dari tidur, tiba-tiba kamar saya berguncang hebat.Dengan kesadaran belum pulih sepenuhnya, tiba-tiba saya lihat rak buku di dinding ambruk, terlempar ke lantai, buku2 berhamburan, dan kursi terbalik. Klik juga di sini.
Hanya 1 hal yang ada dalam kepala saya, kalau Merapi mungkin sedang muntah. Dan saat itulah untuk kali pertama saya merasa kalau pintu kamar saya begitu sulit dibuka...Saya lari keluar kamar, bertelanjang dada (karena malam sebelumnya begitu panas) menuju jalan raya, dan saya lihat sudah banyak orang dengan wajah tak kurang bingungnya dengan saya.
Gempa terhebat yang pernah saya alami. Ada semacam sensasi, kepanikan luar biasa.
Saya ingat kata2 di kitab suci, bahwa saat hari akhir setiap orang hanya akan memikirkan nasibnya sendiri...dan sensasi itulah (disertai ketakutan akan sebuah hal yang saya tidak tahu pasti) yang saya rasakan saat berlari menuruni tangga dari lantai 2.
Setengah jam kemudian, saat saya pikir semua sudah aman, saya coba hubungi teman saya melalui ponsel. Ternyata jalur komunikasi putus total. Saya cari berita di televisi, tak ada satupun channel yang diketemukan..saya bingung, apa yang sebenarnya sedang terjadi?
Akhirnya komunikasi dan siaran TV mulai normal, saya dengar gempa terjadi dengan 6,2 skala richter berpusat di Laut Selatan 33 km dari pantai.
Kemudian saya mandi (dengan asumsi gempa itu adalah satu-satunya). Saya keluar, beberapa gempa kecil terasa. Tiba-tiba saya dikejutkan suara orang2 berteriak Tsunami!!Saya berlari keluar rumah. Di pinggir jalan saya lihat, beratus2 orang berlari sambil berteriak-menangis, bersepeda, memakai motor, serta bermobil, semuanya menuju arah ringroad utara ke arah kaliurang. Saya tanya ada apa? orang bilang air laut sudah mencapai ringroad selatan...Saya sempat tak percaya, karena Tsunami cuma butuh paling lama 20 menit dari gempa terbesar, dan ini sudah lewat 2 jam.
Tetapi sekali lagi, kepanikan adalah lautan emosional, samudera kekhawatiran, ketidakpastian yang sudah menembus batas2 penalaran, semua mungkin saja...itu kata akhirnya. Namun saya tidak ikut lari.
Beberapa jam kemudian dari televisi saya dengar korban tewas sudah 100, siangnya mencapai 300, dan pada malam hari angka 3000 jiwa terlampaui, dan kini mendekati 5000.Gedung2 banyak ambruk, rumah2 rata dengan tanah, orang2 kesakitan, sekarat dan meninggal di reruntuhan, di jalanan, di bangsal dan palataran rumah2 sakit..
Gempa dalam saat yang kurang dari 3 menit, terbayarkan oleh 4000 jiwa manusia.Sebuah musibah. Sungguh begitu cepat, begitu tak terasa untuk bisa merenggut begitu banyak nyawa. Saya selamat, dan saya setengah tidak percaya.Kejutan emosional, seperti ingin menangis, seperti ingin tertawa
Pertanyaannya, apakah arti sebuah musibah bagi kita?
Saat atap sudah menyentuh lantai, barulah kemudian kita bisa dengan jernih memutuskan: siapakah yang lebih berkuasa?
Selanjutnya kita sadar bahwa kita begitu rentan, begitu mudah kesakitan, begitu mudah tertekan, dan dengan gampang terseret menuju kematian...Kecamuk pikiran tentang ketidakamanan, ketidakpastian, kemungkinan2, batas tipis antara hidup dan kematian, manusia hanyalah sebintik kecil debu di sudut tergelap galaxy...lalu kita bukan apa-apa.
Dan saat semuanya terobjektivikasi, orang2 menangis, ibu2 histeris sesaat, untuk kemudian terdiam...
Musibah selalu mengajarkan lebih banyak daripada kegembiraan..dan untuk hidup, kita harus banyak belajar.

Wednesday, May 24, 2006

Friday, May 19, 2006

How can these ways be so harsh ??

Jalan Monjali May 19, 2006 7.36 pm
Victim: Wibisono
Suspects: The F***ng helmet and The stupid slippery wet road.
How can these ways be so harsh ??
What will happen with my treadmill day??

Thursday, May 18, 2006

The DEVIL of The Apocalypse

Heat Pump

Heat Pump (Air Conditioner System)

Memindahkan panas dari tempat bersuhu rendah (Tc) ke lokasi bersuhu lebih tinggi (Th), dengan adanya pasokan energi.

1. Condenser coil (hot side heat exchanger) ==> HOT
2. Expansion valve
3. Evaporator coil (cold side heat exchanger) ==> COLD
4. Compressor

Efficiency (Coeff. of Performance)
COP = Q/W
Qcond = Qevap + Qcompressor
QH = QC + W, so W = QH - QC

COP heating (using AC at the winter) = QH / (QH - QC)
= Th/(Th - Tc)
COP cooling (using AC at the summer/refrigerator) = QC / (QH - QC)
= Tc/(Th - Tc)
COP cooling = COP heating - 1

Cycle
1. Condensing ---> isothermal, isobaric, entropy and enthalpy are decreased
2. Expansion ----> isentropic, P and T are decreased (reversible)
3. Evaporation --> isothermal, isobaric, entropy and enthalpy are increased
4. Compression--> isentropic, P and T are increased (reversible)

In the real cycle, the expansion and compression are not isentropic, or the processes are irreversible and the entropy isn't constant.

Wednesday, May 17, 2006

Osmosis


Osmosis adalah peristiwa perpindahan massa dari lokasi dengan potensi solvent tinggi, menuju lokasi berpotensi solvent rendah, melalui membran semi-permeable.Umumnya yang disebut sebagai solvent di sini adalah air. Dapat dikatakan bahwa peristiwa osmosis adalah transfer solvent (dan bukan solut).Sedangkan peristiwa transfer solut, dikenal sebagai dialysis (arah aliran dari titik berpotensi solut tinggi menuju ke rendah).

Prinsip osmosis: transfer molekul solvent dari lokasi hypotonic (potensi rendah) solution menuju hypertonic solution, melewati membran. Jika lokasi hypertonic solution kita beri tekanan tertentu, osmosis dapat berhenti, atau malah berbalik arah (reversed osmosis).Besarnya tekanan yang dibutuhkan untuk menghentikan osmosis disebut sebagai osmotic press.Jika dijelaskan sebagai konsep termodinamika, osmosis dapat dianalogikan sebagai proses perubahan entrropi. Komponen solvent murni memiliki entropi rendah, sedangkan komponen berkandunagn solut tinggi memiliki entropi yg tinggi juga.
Mengikuti Hukum Termo II: setiap perubahan yang terjadi selalu menuju kondisi entropi maksimum, maka solvent akan mengalir menuju tempat yg mengandung solut lebih banyak, sehingga total entropi akhir yang diperoleh akan maksimum.Solvent akan kehilangan entropi, dan solut akan menyerap entropi. "Orang miskin akan semakin miskin, sedang yang kaya akan semakin kaya". Saat kesetimbangan tercapai, entropi akan maksimum, atau gradien (perubahan entropi terhadap waktu) = 0. Ingat: pada titik ekstrim, dS/dt = 0.

Contoh:
  • masuk dan naiknya air mineral dalam tubuh pepohonan merupakan proses osmosis. Air dalam tanah memiliki kandungan solvent lebih besar (hypotonic) dibanding dalam pembuluh, sehingga air masuk menuju xylem/sel tanaman.
  • jika sel tanaman diletakkan dalam kondisi hypertonic (solut tinggi atau solvent rendah), maka sel akan menyusut (ter-plasmolisis) karena cairan sel keluar menuju larutan hypertonic.
  • ikan air tawar yang ditempatkan di air laut akan mengalami penyusutan volume tubuh.
  • air laut adalah hypertonic bagi sel tubuh manusia, sehingga minum air laut justru menyebabkan dehidrasi.
  • kentang yang dimasukkan ke dalam air garam akan mengalami penyusutan.

Keys:

Osmosis = aliran dari hypotonic (solut <<) menuju hypertonic solut >>)

Osmosis = transfer solvent.

Tuesday, May 16, 2006

morning syndrome

it hurts.........

Monday, May 15, 2006

F A (fu**ing) Q

the cursed of were-celebs

We are the normal



It's a beautiful day
I heard everybody say
The sun shines down for all of us
Just the same
you know I like the rain
That ain't so obvious

It's a beautiful sight
I guess everybody's right
This day belongs to all of us
Even still I like mine with a chile
Tha ain't so obvious

We are the normal
we live and we die
with no reason why

Quran Complex

The Wisdom of Crowds


The Wisdom of Crowds: Why the Many Are Smarter Than the Few and How Collective Wisdom Shapes Business, Economies, Societies and Nations, first published in 2004, is a book written by James Surowiecki about the aggregation of information in groups, resulting in decisions that, he argues, are often better than could have been made by any single member of the group. The book presents numerous case studies and anecdotes to illustrate its argument, and touches on several fields, primarily economics and psychology.

The opening anecdote relates Francis Galton's surprise that the crowd at a county fair accurately guessed the weight of an ox when their individual guesses were averaged (the average was closer to the ox's true weight than the estimates of most crowd members, and also closer than any of the separate estimates made by cattle experts).

The book relates to diverse collections of independently-deciding individuals, rather than crowd psychology as traditionally understood. There are parallels with statistical sampling theory—a diverse collection of independently-deciding individuals is likely to be more representative of the universe of possible outcomes, thereby producing a better prediction.

Sunday, May 14, 2006

Caffe


Walaupun masih kuat dengan tradisi lesehannya, tongkrongan di Yogya pelan2 berubah gaya. It's coffe (shop) time!!
Sebut saja Backyard Coffee, It's Coffee, Rumah Kopi, Djendela Coffee and Tea, serta banyak lagi yang lain. Belum lagi soal caffee (yang bukan cuma jual kopi), macam 7, Cheers, Java, Hugos, Espresso dan lain2 (mungkin akan datang Starbucks).
Dari segi pangsa, Yogya memang menjanjikan, terdapat lebih dari 300.000 mahasiswa yang sebagian berasal dari luar daerah dan siap membuang uang di kota ini. Dan anak muda (baca: mahasiswa) adalah mereka yang mencinta gaya hidup. Berhubung orang barat hobby nongkrong di kafe, maka para pecinta gaya hidup ini kemudian jadi ikut suka kumpul2 di kafe.
Yang jadi pertanyaan: apakah kafe hanya soal gaya hidup?
Mengadopsi budaya, seyogyanya juga mengambil inti khasanah budaya yg bersangkutan, kata orang sekarang, "soul-nya dapet". Bukan cuma kulit, bukan cuma soal mentereng petantang petenteng yang penting tampak keren.
Caffe, memegang peranan penting dalam kemajuan dunia barat. Pada dasarnya, caffe memiliki fungsi sosial, dapat dikatakan bahwa kafe adalah institusi sosial, dan dibangun oleh masyarakat, bukan soal gaya hidup.
Kafe "diciptakan" sebagai tempat untuk berdiskusi, pertemuan, bicara, menulis, membaca, atau memainkan sebuah permainan. Kafe buat orang barat, adalah tempat "di antara rumah dan luar rumah". Kafe adalah budaya, disebut qahveh di Persia, cafe di Perancis, dan perkembangan peradaban banyak bermula dari tempat ini. Sebut saja: pencerahan Perancis (Voltaire, Rousseau, Diderot) di Cafe La Procope (akhir 1600-an), resitasi Shahnameh di Iran (1500-an), yang pada abad2 berikutnya tetap menjadi institusi khusus bagi perkembangan ilmu2 filsafat lainnya. Dalam periode yang lebih modern, caffe telah menjadi tempat pertemuan yang bebas bagi orang2 dari beragam latar belakang (pekerjaan, asal muasal). Pemikiran2 terbaik, novel2 terbaik, lahir dari tempat ini...ingat saja Derrida, Dan Brown, Nietzsche, Gramsci..
Selalu ada tujuan yang produktif bagi pembentukan wahana2 budaya, dan ini (dalam sejarah barat) telah menjadi sesuatu yang bergerak maju sebara progresif.
Pertanyaan kedua: Apakah ini tujuan 'penciptaan' caffe2 modern termasuk di Yogyakarta?
Saya kuatir, jangan2 ini hanya akan menjadi tempat jual gengsi, afirmasi otak kosong kita yang memakan mentah semua tanpa tau isinya, atau malah menjadi arena transaksi narkotika atau prostitusi...saya kecewa, juga kasihan.
Kita tetap necis, dan bertahan "gaul" untuk sesuatu yang namanya dekadensi intelektual.
Kalau memang demikan, alangkah memalukan!!
Namun ada baiknya kita tunggu akhirnya..kita singkirkan preyudis.

Friday, May 12, 2006

Kepala Negara Terkaya Di Dunia


Mau tau 5 kepala negara terkaya :
gunakan currency 1 USD = Rp. 8800
Bandingkan dengan kekayaan Bill Gates 50 miliar dollar (Rp.440 trilyun)

1. Raja Abdullah Bin Abdulaziz (82 tahun, tahta ke 6 Saudi Arabia)
Kekayaan: 21 miliar dollar (185 trilyun rupiah)
Dia menduduki tahta sejak Agustus tahun yg lalu, menggantikan Raja Fahd. Sebelumnya ia menjabat sebagai komandan garda nasional dan deputi I perdana menteri. Kekayaan negara 45% disumbangkan oleh pendapatan dari minyak (340 miliar dollar/tahun).

2. Sultan Haji Hassanal Bolkiah (59 tahun, sultan ke 29 Brunei Darussalam)
Kekayaan: 20 miliar dollar (176 trilyun rupiah)
Memerintah sejak 1967, yg awalnya masih di bawah protektorat Inggris. Kekayaan negara (dan sultan) didapat dari minyak dak gas alam. Ia dikenal memiliki gaya hidup yang mewah, dengan istana berkamar 1788, dan masjid yang berlapis emas dan bertahta berlian.

3.Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan (58 tahun, Presiden Uni Emirat Arab)
Kekayaan: 19 miliar dollar (167 trilyun rupiah)
Menjabat sejak tahun 2004. Sumber kekayaan negara 90% dari minyak, dengan kapasitas produksi 2.5 juta barel/hari. Tahun lalu ia membeli real estat seharga £1 billion (Rp. 16,5 trilyun) di London.

4. Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum (56 Tahun, Dubai)
Kekayaan: 14 miliar dollar (123 trilyun rupiah)
Ia adalah pimpinan Dubai ke 10, memerintah sejak awal tahun ini. Perannya sangat besar bagi peningkatan perekonomian Dubai, ia berhasil membawa kenaikan GDP dari 8 juta USD mencapai 5 kali lipatnya dalam waktu 12 tahun. Ia juga berinvestasi ke dalam London's Tussauds Group, DaimlerChrysler, perusahaan penerbangan amerika Doncasters, plus real estate.

5. Silvio Berlusconi (70 tahun, Italia)
Kekayaan: 12 miliar dollar (105 trilyun rupiah)
Ia menjabat PM Italia dalam 2 periode yang berbeda ('94 - '95) dan ('01 - sekarang). Ia berbisnis di bidang finance dan media (3 channel TV lokal), serta dikenal sebagai president klub AC Milan.

berikutnya:

6. Hans Adam II, Prince of Liechtenstein - $4 billion (Rp.35 trilyun)

7. Prime Minister Thaksin Shinawatra, head of government of Thailand - $1.9 billion (Rp.16,7 trilyun)

8. President Olusegun Obasanjo of Nigeria - $1.5 billion (Rp.13 trilyun)

9. Prince Albert II, Prince of Monaco - $1 billion (Rp.8,8 trilyun)

10. Fidel Castro, President of Cuba - $900 million (Rp.7,9 trilyun)

11. Teodoro Obiang Nguema Mbasogo, President of Equatorial Guinea - $600 million (Rp.5,3 trilyun)

12. HM Queen Elizabeth II, head of state of the UK and the 16 Commonwealth Realms - $500 million (Rp.4,4 trilyun)

13. Queen Beatrix, Queen of the Netherlands - $270 million (Rp.2,4 trilyun)

14. HM King Harald V, head of state of Norway - $240 million (Rp.2,1 trilyun)

15. Paul Martin former Prime Minister of Canada (2003-2006) - $225 million (Rp.1,98 trilyun)

16. Prime Minister Ferenc Gyurcsány, head of government of Hungary - $16 million (Rp.141 miliar)

17. President George W. Bush, head of state of the United States - $15 million (Rp.132 miliar)

----------
Coba kita tengok mantan presiden Soeharto, seberapa banyak yg dia punya:
1. Kekayaan Cendana: 15 miliar dollar (Rp. 132 trilyun), dan lebih dari separuhnya diperkirakan disimpan di salah satu bank di Austria. Jumlah ini bisa menempatkan dirinya pada no.4 daftar piimpinan negara terkaya.
2. Total uang yg mengalir ke Cenadana selama 32 tahun kekuasaannya: 73 miliar dollar (Rp. 640 trilyun).
3. Tuduhan korupsi yang diajukan kepadanya sebesar: 571 juta dollar (Rp. 5 trilyun).

sumber:
Forbes,May 3rd 2006
Wikipedia

What Age Will You Die?

You Will Die at Age 73

You're pretty average when it comes to how you live...
And how you'll die as well.

Thursday, May 11, 2006

STUPID TEST

Your IQ Is 135

Your Logical Intelligence is Below Average

Your Verbal Intelligence is Genius

Your Mathematical Intelligence is Genius

Your General Knowledge is Exceptional

My Subconscious Mind

Rorschach Inkblot Test result
Reveal Your Subconscious Mind
Wibs, your subconscious mind is driven most by Peace You are driven by a higher purpose than most people. You have a deeply-rooted desire to facilitate peacefulness in the world. Whether through subtle interactions with love ones, or through getting involved in social causes, it is important to you to influence the world.

You are driven by a desire to encourage others to think about the positive side of things instead of focusing on the negative. The reason your unconscious is consumed by this might stem from an innate fear of war and turmoil. Thus, to avoid that uncomfortable place for you, your unconscious seeks out the peace in your environment.

Usually, the thing that underlies this unconscious drive is a deep respect for humankind. You care about the future of the world, even beyond your own involvement in it. As a result, your personal integrity acts as a surrogate for your deeper drive toward peace and guides you in daily life towards decisions that are respectful toward yourself and others.

Though your unconscious mind is driven most strongly by Peace, there is much more to who you are at your core.

Wednesday, May 10, 2006

Gulag

Gulag, from 1918 - January 25, 1960, (pronunciation), Russian: ГУЛАГ) is an acronym for Главное Управление Исправительно—Трудовых Лагерей и колоний, "Glavnoye Upravleniye Ispravitelno-trudovykh Lagerey i kolonii", "The Chief Directorate [or Administration] of Corrective Labour Camps and Colonies" of the NKVD. Anne Applebaum, in her book Gulag: A History, explains:
Literally, the word GULAG is an acronym, meaning Glavnoe Upravlenie Lagerei, or Main Camp Administration. Over time, the word "Gulag" has also come to signify not only the administration of the concentration camps but also the system of Soviet slave labor itself, in all its forms and varieties: labor camps, punishment camps, criminal and political camps, women's camps, children's camps, transit camps. Even more broadly, "Gulag" has come to mean the Soviet repressive system itself, the set of procedures that prisoners once called the "meat-grinder": the arrests, the interrogations, the transport in unheated cattle cars, the forced labor, the destruction of families, the years spent in exile, the early and unnecessary deaths.

It was the branch of the State Security that operated the penal system of forced labour camps and associated detention and transit camps and prisons. While these camps housed criminals of all types, the Gulag system has become primarily known as a place for political prisoners and as a mechanism for repressing political opposition to the Soviet state. Though it imprisoned millions, the name became familiar in the West only with the publication of Aleksandr Solzhenitsyn's 1973 The Gulag Archipelago, which likened the scattered camps to a chain of islands.

The total documentable deaths in the system of corrective-labor camps and colonies from 1930 to 1956 amount to 1,606,748, including political and common prisoners; note that this number does not include more than 800,000 executions of "counterrevolutionaries" during the period of the "Great Terror", since they were mostly conducted outside the camp system and were accounted for separately.

History had been so dark.

Open Range

Seorang pria yang temannya di rawat di sebuah rumah dokter, bertanya pada seorang wanita.
Pria : terimakasih telah mengobati teman saya, dan tolong sampaikan juga ucapan saya ini kepada kakak Anda Dokter Barlow, yang saya pikir mulanya adalah suami Anda.
Wanita : oh ya? Anda kira dia suami saya? ha ha
Pria : benar, dan saya baru tahu tentang itu semalam. Saya senang mengetahuinya.
Wanita : sungguh? Anda kira selama ini...
Pria : ya tentu saja...ha ha...maksud saya, saya lega akhirnya saya mengetahui ini, karena saya takut kalau saya tetap salah sangka. Anda tahu...tidak baik berskap dengan persangkaan yang salah.
Wanita : ya ya, Anda benar...(sambil tersenyum)


Dan Si Wanita tidak tampak berprasangka apapun dari perkataan Si Pria. Mengapa berbeda dengan persangkaan Saya tentang persangkaan dia terhadap Si Pria?
BUkankah semua wanita "seharusnya" selalu berprasangka dengan perkataan semacam itu? Karena semua wanita yang saya tahu, mahir berprasangka, maksud saya mereka berprasangka seakan "prasangka" adalah sebuah bakat yang diberi Tuhan secara serta merta ke dalam kepala mereka.

Atau mungkin, Si Wanita dengan "lihai" berhasil menutupi kesan berprasangkanya, seperti "selayaknya" wanita. Karena semua wanita yang saya tahu, mahir menutupi kesan berprasangka, maksud saya mereka memang terlahir dengan talenta yang nyaris sempurna dalam soal tutup menutup (sedang mungkin pria terlatih pada hal buka-membuka?).
Wanita...mereka cantik, cinta kebersihan, lihai, tampak natural, suka berprasangka dan cekatan menutupinya.
Sungguh...kombinasi sempurna politikus terbaik dalam sejarah umat manusia.

Wayang

Hari-hari saya sungguh aneh.
Begitu bangun pagi (yang seringkali sudah terlalu panas),
saya duduk di depan komputer.
Yahoo Answer..saya sudah level 4.
Buku-buku....saya baca macam-macam (dan tidak berhubungan).
Film-film....sudah puluhan dalam beberapa hari ini.
Saya hentikan, takut-takut saya terjangkit Scizofrenia..sulit membedakan kenyataan. Mengubah kebiasaan yang sudah akut memang menyusahkan. Dan menunggu adalah pekerjaan yang membosankan, sangat membosankan. Apalagi hal-hal yang ditunggu adalah hal-hal yang membuat pikiran kalut, panik.
Sejauh ini kebiasaan yg saya singgung tadi cukup membantu dalam situasi: menunggu dan panik.
Sekarang tidak....
Habislah Saya...
minta doa.

DERAI DERAI CEMARA

Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam

Aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini

Hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah

1949

(Chairil Anwar)

Monday, May 08, 2006

The Constant Gardener

"Perusahaan farmasi menipu mereka, sama halnya dengan dealer senjata. Penyalur obat-obatan, agensi AIDS, semuanya. Begitulah cara dunia menipu Afrika. Beginilah cara mereka menghilangkan rasa bersalah".
The Constant Gardener mengajarkan itu. Dan begitulah memang dunia memperlakukan Afrika.

Di saat TBC-AIDS hampir sama banyaknya dengan malaria, kumpulan perampok yang mendatangi setiap kiriman pangan dan obat-obatan, bounty hunters yang lapar, kaum miskin kumuh yang tertekan dan ketakutan, semua hanyalah proyek besar bagi dunia, dan PBB sebagai makelarnya.
Dan kontraktor2 obat-obatan akan tetap menggunakan itu semua layaknya proyek bertender besar, tak ada yg benar2 menginginkan kebaikan (dengan standar kesehatan-kemiskinan-edukasi yang juga mereka tentukan sendiri) di Afrika. Kemiskinan di Afrika berarti jalan keluar bagi masalah pajak, tempat pengujian obat2an berbiaya murah, cuci gudang inventory kedaluarsa..disposable things for disposable humans. Semua masalah kapitalisme dan pemakmuran Afrika hanyalah soal social cost. Dan 'mereka' tentunya sudah berpikir tentang bagaimana cara membuat social cost expenditure itu menjadi sebuah investasi.

Mereka punya rasa bersalah, dan rasa bersalah ini juga mereka ubah menjadi uang. Mereka mengkorupsi kepercayaan, ribuan nyawa manusia, konspirasi2 indah berseni yang ditukar dengan iman dan persahabatan. Mereka bahkan jauh lebih buruk dari Nigeria dan Indonesia yang mereka lecehkan sebagai surga para maling.
Bepuluh2 tahun, dunia (barat) 'merawat' dan 'menyiangi' kebun Afrika. Jangan sampai terlalu bagus, atau terlalu buruk, biarkan dia konstant dalam ruang yang berpotensi uang, tidak lebih.Menyedihkan, dengan penuh kesadaran mereka tahu tentang rusaknya jiwa yang mereka punya, mereka frustasi, dan ibarat candu mereka terkesan tak puas hati kemudian mengulang sekali lagi. Begitulah setan2 menari.

Dan seorang perempuan yang berkata, "Kita habiskan 60 tahun untuk bangun organisasi bernama PBB, yang bertujuan menghindari perang. Kemudian kita hancurkan itu karena mobil kita kekurangan bensin!", tahu persis ini semua.
Layaknya sebuah motif yang dilekatkan secara sempurna dalam kepala dan hatinya, ia, seperti halnya perusahaan obat2an (dalam vektor yang berbeda), menggunakan banyak hal demi sebuah misi. Perkawinan, sex, persahabatan, semua adalah kesempatan, semua adalah kemanfaatan, cost yang harus dibayarkan.
Pragmatisme yang enggan beristirahat, utilitarianisme yang penuh keterlanjuran.

Sama halnya dengan perusahaan obat, semua hal adalah demi pemuasan pribadi, semuanya korupsi dalam filosofi yang sama namun dalam kualitas yang berbeda.
Semua orang melakukannya.
Yang menjadi masalah adalah tentu saja soal tendensi, yang mana masing2 akan dipandang berbeda tergantung pada ukuran norma terhadap tendensi yg ada.

Semua orang adalah koruptor...
Semuanya adalah (tak lebih dari sekedar) constant gardener...

Sunday, May 07, 2006

Katakan "Tidak"

Katakan “Tidak” Pada Narkoba
Katakan “Tidak” Pada Seks Bebas …dan kini
Katakan “Tidak” pada Playboy!


Say No to Playboy © 2006 RiauPos.Com


Perhatian: Hanya untuk Riau dan daerah-daerah yang sehati dengannya :p
dari Mas Firman...

I'm Sorry


I'm Sorry

I'm sorry,
I cannot write a lot
the ink is empty
I scratched the sky last night
with your name....

(translated from rieke)

Smells Like BushLLIT!!




"Ada yang namanya Ira, Nia, Susan, Dewi, Ita, Ria, Mia, Fina, kalau saya komentari semua, bisa panjang itu. Tenang sajalah, itu hanya soal pergantian antar waktu, tidak ada yang penting.."

(Hotma Sitompul saat ditanya wartawan tentang hubungan Si Bamms dengan Nia)

--> tahi kuchink kok diomongin....ga ada topik laen apa??

***

"No matter He is DEMOLICAN or REPUBCRAT, as long as He is not BUSHLLIT!!"
(a guy in Yahoo Answer responded a question about the next US President)

Friday, May 05, 2006

Kepribadian yang Terbelah


Baru saja saya menonton sebuah film pengadilan yang sangat tricky, sekaligus menyebalkan.
Dalam Primal Fear yang dibintangi Richard Gere (pengacara yang membela terdakwa pembunuh Uskup), dan Edward Norton (terdakwa yang akhirnya terbukti bersalah), pembuat skrip seolah mengajak kita menggali kasus2 yang (sekarang mulai basi) melibatkan pembunuh dengan gangguan kejiwaan, semacam Split Personality, gitu lah.
Saking basinya issue (bahkan menurut pelaku kejahatan sekalipun) ini, pembuat cerita kemudian mencoba mempermainkan penonton, dengan memanfaatkan premis awal yang akan diambil kebanyakan orang, yaitu: jika pelaku tetap yakin dirinya tidak bersalah, maka kemungkinannya adalah ia memang tidak bersalah, atau ia mengidap kelainan jiwa. Jika semua bukti dan motif membidiknya dengan sempurna, maka orang2 akan yakin bahwa pelaku sakit jiwa.

Dan inilah yang saya simpulkan juga pada awalnya. Pelaku memiliki kepribadian ganda. Antara tokoh Aaron (yang pengecut) dan Roy (yang sadis). Namun di akhir film, saat terdakwa dibebaskan dari hukuman penjara, tepat di menit terakhir, penonton disadarkan, bahwa tidak ada Aaron...tidak pernah ada..sebuak trick yang sangat menyebalkan. Semua terlambat, karena palu sudah diletakkan, dan penjahat begitu lihai membagi kepribadiannya.

Kejahatan yang dilakukan oleh orang yg berkepribadian ganda (sehingga saat diinterogasi, yang bersangkutan -pd sisinya yg lain- tidak tahu menahu) ternyata tidak diakhiri dengan hukuman mati, sekejam apapun atau seterencana apapun pembunuhan tsb (yang dilakukan oleh bagian tertentu dari kepribadiannya).
Saya membayangkan adanya 2 makhluk (mungkin juga banyak jiwa) dalam 1 body, yang bergerak sendiri2 dan seringkali kontradiktif 1 sama lain, melakukan urusannya masing2, yg bertujuan membangun eksistensi masing2. Dan membunuh adalah salah satu caranya.

Ya, akan menjadi tidak adil jika orang tsb (baca:body) dihukum atas kejahatan yg dilakukan hanya oleh 1 bagian saja, dan tentu saja tidak diketahui bagian2 yg lain. Orang seperti ini sama sekali tidak gila, dia hanya normal, namun punya banyak bagian normal dalam 1 kepala, itu saja.

Saya bertanya2, apakah pelaku yang benar2 'terbelah' tsb akan masuk neraka atas kejahatan dari sebagiannya? Ataukah memang ada 2 jiwa dalam hatinya dan masing2 punya tanggungjawab? Ataukah dia juga akan dianggap gila di depan hukum Tuhan?

Thursday, May 04, 2006

Saya Kenangkan Pram


Saya Kenangkan Pram
----------------------------------
Dia, orang yang membuat saya tidak malu ber-Indonesia.


Satu2nya orang Indonesia yang masuk "2005 Global Intellectuals Poll" terbitan Prospect Mag, UK. Namanya sejajar dengan pengarang dan ilmuwan besar seperti: Umberto Eco, Avram Noam Chomsky, Amartya Sen, Shirin Ebadi, Sam Huntington, Giddens, serta Yusuf Qordlowi.

Saya kenangkan Pram dengan sebuah tulisan, oleh musuh politiknya di akhir 60-an.
Goenawan Mohamad, orang (yang saya salutkan) yang juga menggiringnya ke balik2 jeruji.

Pram
---------

Pernahkah kita membayangkan ini? Mungkin kita akan mengatakan, sejarah memang sebuah proses dari keadaan terbelenggu ke arah keadaan merdeka—dan riwayat hidup Pramudya Ananta Toer melukiskan itu. Di zaman perang kemerdekaan ia ditangkap dan dipenjarakan Belanda, karena ia anggota dari pasukan Republik. Di zaman "Demokrasi Terpimpin" Soekarno ia dipenjarakan tentara, karena bukunya Hoakiau di Indonesia. Di zaman "Orde Baru" ia dipenjarakan, dibuang ke Pulau Buru, dan kemudian dikembalikan ke Jakarta tetapi tetap tak bebas, selama hampir 20 tahun. Dan kini, tahun 1999, ia mendapatkan paspornya, ia seorang yang merdeka kembali, dan ia berangkat ke Amerika Serikat, sebuah negeri yang tak pernah dikunjunginya—dan ia disambut.

Tetapi benarkah sejarah punya narasi selurus itu? Di Pulau Buru, tempat ia diasingkan selama 13 tahun beserta 12.000 tahanan politik lainnya, sebuah gulag yang dikurung oleh laut, sebuah kamp yang dikitari savana dan diselang-selingi rawa, barangkali yang bertahan hanya ide bahwa kelak manusia akan bebas. Terutama jika orang mempercayai Hegel dan Marx—seperti mempercayai eskatologi bahwa surga akan datang kelak di kemudian hari karena itulah janji Tuhan. Tetapi jika kita baca catatan-catatan Pramudya yang kemudian dihimpun di bawah judul Nyanyi Sunyi Seorang Bisu, yang di Amerika tahun ini diterbitkan sebagai The Mute's Soliloquy, barangkali yang tebersit di sana bukanlah eskatologi itu, bukan Hegel bukan pula Marx, melainkan sebuah "pesimisme pemikiran, optimisme kehendak".

Kalimat ini datang juga dari keadaan terpenjara: yang menuliskannya seorang Marxis yang orisinil, Antonio Gramsci, dari selnya di Italia di tahun 1930-an. Mungkin itu pulalah yang juga terjadi di Buru. Pram menuliskan catatannya dan kemudian menyembunyikannya, tanpa harapan bahwa semua itu akan dibaca. Tetapi, seperti dikatakannya kepada Mary Zurbuchen, ia ingin agar ada kesaksian bagi anak-anaknya—yang terpisah dari dirinya selama bertahun-tahun itu—bahwa "mereka pernah punya seorang ayah".

Ancaman dari waktu adalah ketidaktahuan yang berlanjut atau lupa yang kemudian terjadi. Mengetahui, dalam melawan ancaman waktu—itulah hal yang penting bagi Pram. Ia tak tahu apakah ia akan menang. Akalnya mengatakan kemenangan baginya mustahil. Tetapi ia tak hendak menyerah. Ia menulis sederet novel sejarah.

George Orwell pernah mengatakan bahwa bentuk novel adalah yang "paling anarkis" dalam kesusastraan. Orwell benar, sepanjang sifat "anarkis" itu diartikan penampikan novel kepada segala yang ortodoks dan mengekang. Tetapi pada sisi lain, novel—seperti yang ditulis oleh Orwell dan Pramudya, terutama novel sejarah itu—mempunyai dorongan yang dekat dengan kehendak "mengetahui". Dan "mengetahui" bukanlah sesuatu yang bisa terjadi dengan anarki; mengetahui adalah proses yang tertib.

Dalam novel, sejarah memperoleh alur, mendapatkan bentuk. Mungkin bukan sebuah alur Hegelian (bahwa sejarah akan berakhir dengan kemerdekaan), tetapi bagaimanapun bukan sesuatu yang acak-acakan. Haruskah dengan pandangan demikian ini pula kita melihat cerita hidup Pramudya sendiri: dari sebuah pulau buangan yang jauh di Maluku, sampai dengan ke Amerika Serikat, sebuah negeri yang—seperti diakuinya malam itu—punya kontribusi besar, berkat Presiden Carter, dalam pembebasannya dari Pulau Buru?

Salah satu yang sering mengagetkan dalam sejarah ialah bahwa ia ternyata bisa mengagetkan. Banyak hal berlangsung bukan semata-mata karena progresi yang seperti hukum itu, bukan karena perkembangan sebuah struktur sosial, bukan pula takdir, melainkan karena tindak manusia. Dari saat Pramudya ditahan sampai dengan saat Pramudya di New York telah berlangsung sebuah periode yang begitu mencengkeram: Perang Dingin. Perang Dingin, yang membagi dunia menjadi dua sejak akhir 1940-an, antara "komunis" dan antikomunis"—seakan-akan itu sebuah pembagian yang kekal—tak disangka-sangka berakhir ketika Mikhail Gorbachev mengambil keputusan yang semula tak terbayangkan di tahun 1989: Uni Soviet harus berubah, dan Tembok Berlin diruntuhkan.

Smiley, tokoh utama John Le Carre yang muncul kembali dalam The Secret Pilgrim, mengatakan itu dengan secercah rasa kagum: "Manusialah yang mengakhiri Perang Dingin itu, kalau kau belum mengetahuinya. Bukan persenjataan, atau teknologi, atau tentara atau serangan. Manusia, itu saja. Dan bahkan bukan manusia Barat… melainkan musuh bebuyutan kita di Timur, yang turun ke jalan, menentang peluru dan tongkat polisi dan berkata: Sudah cukup. Kaisar merekalah, bukan kaisar kita, yang berani naik ke panggung dan mengatakan bahwa ia tak berpakaian."

Kaisar yang berani, rakyat yang bertindak…. Manusia belum mati—mungkin itulah yang akhirnya harus dikatakan, sebuah kabar gembira untuk Pramudya, tentang Pramudya. Setidaknya ketika musim dingin ketidakbahagiaan kita berakhir, dan tulip dan magnolia muncul, setidaknya sampai musim gugur tiba kembali.


(Goenawan Mohamad)

- Pram meninggal 3 hari yang lalu…mungkin dia sudah terlalu banyak diracuni republik ini.

Merapi


Koran-koran lokal menulis, bahwa paling tidak dalam minggu2 ini, Merapi akan meletus, dan Sultan sudah menyiapkan ribuan kantong mayat (upaya antisipatif yang menakutkan).
Merapi, sejak 1548 sudah meletus 68 kali (saya yakin ini jumlah yang sempat terhitung). Letusan pada 1930 menewaskan 1400 orang (herannya masih ada saja yang tinggal di desa2 itu sampai sekarang, dalam artian: perasaan orang2 situ dah pada punah gitu loh?). Letusan terakhir 2002.

Bagaimana korban ga jadi banyak, kalau orang2 lereng berpantangan:
- membunyikan kentongan
- mengacungkan tangan nunjuk2 merapi
- menyebut atau membicarakan
kalau letusan terjadi.

Sultan pun jadi rada senewen, akhirnya beberapa hari yang lalu Beliau sendiri yang 'naek' buat menyampaikan senewennya itu di depan rakyatnya : Jangan terlalu percaya mitos...katanya.

Dan inilah yang membuat saya terhenyak, sedikit banyak terkesima...bukankah selama ini feodalisme dalam sistem monarkis, dimana-mana dibangun dari pondasi takhyul2 yang mengikat (atau menjebak?) rakyat yang dengan sukarela : mikul ndhuwur mendhem njero, swargo nunut neroko katut, pada para junjungannya. Dalam artian bahwa pihak penguasa saat itulah yang memiliki otoritas terhadap pemeliharaan takhyul, demi ketaatan, demi stabilitas.

- "sebaik-baik" alat perang ialah senjata yang juga mematikan empunya

Untunglah hingga hari ini Merapi tak juga meletus. Setidaknya tidak ada bukti pihak mana yang mati...