Thursday, June 15, 2006

Dari Perkiraan yang Meleset


Belum berselang 24 jam sejak Selasa kemarin, status Merapi yang sempat turun "siaga" dinaikkan "awas" kembali. Awan panas meluncur hingga 7 km. Lahar panas muntah ke Bebeng dan Kaliadem. Hijau daun memutih oleh abu dengan asap mengepul dari tanah yang dulunya ditumbuhi rerumputan. Gelombang lahar mencapai Kinahrejo dan berhenti tepat 200 m di pintu rumah Mbah Maridjan. Dua orang tertimbun dalam bunker Kaliadem sejak 2 hari. Cangkringan kembali dikerubuti pengungsi. Siaran TV: anak-anak berlarian, orang2 tua dipapah, wajah-wajah cemas, wajah-wajah tegang, mereka menangis, mereka berlari sambil menangis, dengan bumbungan awan panas kuning kecoklatan bergolak-golak di atas kepala. Dengan kecepatan 300 km/jam, jarak 5 km akan habis dalam jangka 60 detik. Kejadian tak henti-hentinya membuat saya terharu. Satu bulan terakhir, dunia dipenuhi orang-orang yang berlarian, kurang tidur, tak banyak makan, wajah-wajah tegang, bantuan-bantuan semrawut yabg berseliweran, puing-puing yang belum dibereskan, orang-orang yang trauma berkepanjangan, ketidakpercayaan pada pemerintahan yang salah kasih pengumuman-yang bertele-tele menyalurkan bantuan, anak-anak sekolah yang ujian di tanah-tanah lapang tanpa meja, Mbah Maridjan yang menolak mengungsi, relawan yang tertimbun material2 panas, orang-orang hilang dan teramputasi, korban-korban yang bertambah karena tetanus. Hidup begitu rentan. Dan bumi sama halnya dengan potongan2 keripik yang terapung-apung diatas minyak panas penggorengan magma. Manusia adalah repihan-repihan keripik yang berlarian. Manusia yang terengah-engah meneruskan hidup sembari melupakan kegetiran dengan kesenangan-kesenangan. Nyawa-nyawa terancam yang tertawa-tawa. Bahkan wedhus yang gembel jauh lebih besar dibanding apapun juga. Pertanyaan-pertanyaan yang tiada habis-habisnya tentang apa mau Tuhan. SMS-SMS yang merusak ketenangan. Ada orag bilang: warga Jogja harus bertobat, karena bencana akibat perbuatan manusia yang melawan agama. Bukankah kalau alasannya seperti itu, kita tahu semua, kota mana yang seharusnya ditenggelamkan??
Saat ini, tak satupun orang yang bisa dengan yakin mengatakan kapan semuanya berakhir. Pikiran-pikiran melayang-layang di antara kemungkinan "awal dari sebuah akhir yang menyakitkan" ataukah "akhir dari sebuah permulaan yang mengerikan".

No comments: