Pernah tau orang ngomong, "yang.....", atau, "tidak yang...". Rada basi seh..tapi saya yakin kita semua pernah dengar. Atau masih belum jelas juga?
Begini..Pada sebuah siaran infotainment, saya pernah melihat seorang seleb (sampai hari ini saya masih yakin kalau selebritis tidak bisa diajak diskusi) ditanya (oleh reporter gosip yang jelas2 tujuan hidupnya menelanjangi kecacatan otak selebriti2 indonesia), "Bagaimana cara Anda mendidik anak, apakah memberi kebebasan atau sering melarang-larang", -jenis pertanyaan yang jelas2 tidak ada gunanya ditanyakan apalagi dijawab, perkiraan saya wawancara ini terjadi pada saat berita perceraian atau penangkapan selebriti mulai hilang dari pasaran, alias lagi sepi sensasi-. Seperti yang sudah2, sang seleb menjawab, "Ya tentu saja saya beri kebebasan, tapi tidak yang ngebolehin dia ini, atau itu". Di lain peristiwa, seorang seleb cantik (dengan otak masih Gress! alias belum banyak dipake), ditanya, "Apa pendapat Anda tentang si X?", kemudian dijawab, "Ya gue asik aja sih ama dia, dia tuh orangnya yang emang heboh gitu kalo diajak hangout, yang sangat care gitu ama temen...yang suka bikin surprise saat orang-orang lain pada bingung mau ngapain, yang kadang-kadang gatel gitu kalau ga' ngisengin temennya, bayangin aja kan gue pernah bla bla bla...yang bla bla gitu...".
Sejak itu saya mulai sedikit terganggu dengan kalimat yang diawali "yang...". Semua seleb (yang sekali lagi mayoritas malas belajar), kelihatannya gaya bicaranya seperti itu. Eh, tak dinyana, saat saya berbicara dengan beberapa teman perempuan saya, mereka juga punya ilmu yang sama, entah belajar di perguruan pencak silat mana? Ngapain seh terganggu? So what gitu loh!
Apa yang terjadi buat saya adalah sesuatu yang saya sebut: Kegagalan Artikulasi. Orang-orang yang menggunakan teknik definisi semacam itu pada porsi yang berlebihan, akan menemukan sindrom kegagalan untuk menjelaskan suatu hal abstrak dengan bahasa/istilah yang lebih simpel (tidak panjang2 kemana-mana). Mengapa ini penting? Bukankah kata "konservatif" lebih baik dari kalimat: "yang bener-bener super galak kalau ketemu orang yang ga' punya sopan santun atau ga' ngerti adat istiadat, terus dia itu yang suka ngatur-ngatur macem-macem kaya orang jaman Diponegoro belum sunat..". Nah, lho...Bukankah penggunaan teknik definisi "yang.." menjadikan segala sesuatu begitu lugas, begitu vulgar, berpotensi menceritakan aib secara transparan, mengurangi seni berbicara, mendorong spontanitas tanpa memfungsikan intelenjensi lebih layak, sebuah bentuk penyerahan diri atas kegagalan artikulasi penjelasan dari kisah/sistem abstrak, tidak bermain cantik, tidak bernilai semantik, yang pada akhirnya cuma sekedar menunjukkan kecacatan intelektual dan menebarkan pesona diri sebagai biang gosip!
Saat kita hanya mau menggampangkan, hanya mau yang gampang, melakukan cuma yang gampang, lalu kenapa ga mau disebut gampangan?
Begini..Pada sebuah siaran infotainment, saya pernah melihat seorang seleb (sampai hari ini saya masih yakin kalau selebritis tidak bisa diajak diskusi) ditanya (oleh reporter gosip yang jelas2 tujuan hidupnya menelanjangi kecacatan otak selebriti2 indonesia), "Bagaimana cara Anda mendidik anak, apakah memberi kebebasan atau sering melarang-larang", -jenis pertanyaan yang jelas2 tidak ada gunanya ditanyakan apalagi dijawab, perkiraan saya wawancara ini terjadi pada saat berita perceraian atau penangkapan selebriti mulai hilang dari pasaran, alias lagi sepi sensasi-. Seperti yang sudah2, sang seleb menjawab, "Ya tentu saja saya beri kebebasan, tapi tidak yang ngebolehin dia ini, atau itu". Di lain peristiwa, seorang seleb cantik (dengan otak masih Gress! alias belum banyak dipake), ditanya, "Apa pendapat Anda tentang si X?", kemudian dijawab, "Ya gue asik aja sih ama dia, dia tuh orangnya yang emang heboh gitu kalo diajak hangout, yang sangat care gitu ama temen...yang suka bikin surprise saat orang-orang lain pada bingung mau ngapain, yang kadang-kadang gatel gitu kalau ga' ngisengin temennya, bayangin aja kan gue pernah bla bla bla...yang bla bla gitu...".
Sejak itu saya mulai sedikit terganggu dengan kalimat yang diawali "yang...". Semua seleb (yang sekali lagi mayoritas malas belajar), kelihatannya gaya bicaranya seperti itu. Eh, tak dinyana, saat saya berbicara dengan beberapa teman perempuan saya, mereka juga punya ilmu yang sama, entah belajar di perguruan pencak silat mana? Ngapain seh terganggu? So what gitu loh!
Apa yang terjadi buat saya adalah sesuatu yang saya sebut: Kegagalan Artikulasi. Orang-orang yang menggunakan teknik definisi semacam itu pada porsi yang berlebihan, akan menemukan sindrom kegagalan untuk menjelaskan suatu hal abstrak dengan bahasa/istilah yang lebih simpel (tidak panjang2 kemana-mana). Mengapa ini penting? Bukankah kata "konservatif" lebih baik dari kalimat: "yang bener-bener super galak kalau ketemu orang yang ga' punya sopan santun atau ga' ngerti adat istiadat, terus dia itu yang suka ngatur-ngatur macem-macem kaya orang jaman Diponegoro belum sunat..". Nah, lho...Bukankah penggunaan teknik definisi "yang.." menjadikan segala sesuatu begitu lugas, begitu vulgar, berpotensi menceritakan aib secara transparan, mengurangi seni berbicara, mendorong spontanitas tanpa memfungsikan intelenjensi lebih layak, sebuah bentuk penyerahan diri atas kegagalan artikulasi penjelasan dari kisah/sistem abstrak, tidak bermain cantik, tidak bernilai semantik, yang pada akhirnya cuma sekedar menunjukkan kecacatan intelektual dan menebarkan pesona diri sebagai biang gosip!
Saat kita hanya mau menggampangkan, hanya mau yang gampang, melakukan cuma yang gampang, lalu kenapa ga mau disebut gampangan?
1 comment:
makasih ya udah ngasih infonya...
Post a Comment