Kalau Soe Hok Gie selalu berpikir tentang keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, maka berbeda dengan saya, sebab belakangan ini saya terbayang-bayang oleh apa yang saya sebut sebagai keadilan individual bagi setiap manusia, sama sekali tidak mulia dibandingkan yang pertama. Tema yang terlalu out of date, namun secara misterius muncul dalam kepala saya, dalam situasi yang juga misterius dan tiba-tiba.
Saya tidak juga mengerti sampai sekarang, mengapa ini kerap mengganggu pikiran saya. Tampaknya orang lain baik-baik saja...apakah mungkin benar-benar ada yang salah dalam kepala saya, tetapi saya tidak tahu apa.
Berbeda dengan Gie, saya percaya ada keadilan di muka bumi, bukan cuma di langit ke 7. Yakin! This world was made perfectly. Cuma saya tidak juga mengerti, saya tidak menolak...hanya belum paham. Mungkin karena logika yang berjalan tidak sesuai dengan algoritma berpikir saya. Secara matematis:
usaha yg sempurna (PW) +kesempatan yg sempurna (PC) = keberhasilan (S)
Tetapi ternyata tidak, sebab yang terjadi selalu:
US + KS + keberuntungan yang sempurna (GL) = keberhasilan
dengan PW (perfect work), PC (perfect chance), S (success), GL (Good Luck)
Nah ternyata pokok permasalahan adalah pada GL. Terkadang aspek GL menguasai lebih dari 90% medan. Untuk orang-orang yang belum sadar seperti saya, akan merasa kalau GL ini hadir secara random, di luar penalaran, tak bisa diperkirakan, tak bisa diperhitungkan, dan sulit dihadirkan.Akhirnya saya berkecenderungan, bahwa keadilan individual ini sangat ditentukan oleh keberadaan GL.
Janji Tuhan: siapa yang bersyukur Ku tambah nikmat-Ku, siapa yang ingkar sungguh azab-Ku teramat pedih.Pertanyaannya, bagaimana jika kita sudah bersyukur dengan segenap cara, namun keadilan individual tak juga kita rasakan?Tentu jawabannya adalah: kita belum bersyukur dg sebenar-benarnya (jawaban yang begitu dibenci kaum humanis). Pikiran saya, saat kita benar-benar bersyukur, maka perspektif kita akan dunia yang profan ini akan serta
merta berubah. Pemberian tak kita nilai lagi dari baik dan buruk, sebab "yang buruk" lebih baik darpada tidak diperhatikan sama sekali.Sungguh sebuah tipuan (sekali lagi menurut humanis).
Namun ini janji Tuhan, dan sekiranya kita percaya kepada Tuhan, siapakah lagi yang lebih bisa memegang janji melebihi Dia...saya bingung perlukah saya menuntut keberuntungan saya? jangan-jangan menuntut sama artinya engan tidak bersyukur..
Wah susah juga rupanya hidup di dunia
susah juga jadi manusia
Ya Tuhan, kuserahkan keadilan individual-ku kepada-Mu
Dan tolong hilangkan ini dari pikiranku
amien..
Sebuah tulisan yang sangat basbang!
No comments:
Post a Comment