Saturday, January 07, 2006

Pulang ke Jogja



Kemarin saya sempat mengantarkan seorang teman -yang sudah bekerja kota S dan kebetulan mampir- melihat lingkungan tempat tinggalnya dulu di seputaran kampus, di sebuah PTN di jogja.
Melihat jalan-jalan dan rumah-rumah yang dulu begitu akrab dengan keseharian hidupnya, dia bilang, "mengapa tempat ini tampak menjadi begitu aneh". "Mengapa?", tanya saya. "Ya, saya dulu tinggal di sini, entah kenapa terasa berbeda saja, saya lupa kapan saya terakhir kali meninggalkan Jogja dan entah kapan saya bisa ke sini lagi..", jawabnya.

Mungkin buat saya yang masih tinggal di Jogja, hal-hal seperti ini tidak berarti apa-apa, dan saya belum juga mengerti perasaan 'aneh' dari mana, yang bisa dirasakan orang saat diajak 'kembali' ke kehidupan lalunya.
Ayah saya dan juga seorang kakek saya, selalu ingin melihat-lihat lingkungan kampusnya dulu, kalau beliau mampir ke Jogja. Apa menariknya? pikir saya.

Akhirnya saya sadar, bahwa semuanya bukan sekedar masalah jalan dan bangunan, bukan plang-plang ataupun tiang-tiang, bukan pada apa yang dilihat, tetapi lebih pada apa yang dirasakan dan pernah dirasakan. Wajah-wajah kawan dulu, keseharian yang begitu berbeda dengan masa sekarang, susah senang yang dulu mereka alami, kenangan-kenangan sentimentil...Ya, bangunan itu, jalan itu, plang dan tiang-tiang itu, telah menuntun mereka kembali, dan mencoba membuka-buka apa yang telah teralami, terasai dan masih teringat dalam begitu sempitnya ruang otak untuk memahami kehidupan...
Sedikit keinginan terbersit mungkin untuk 'mundur' ke masa lalu, walaupun sejenak....

Saya percaya, kota ini telah mengambil 'hati' begitu banyak orang, begitu banyak perantau, yang kini hidup dengan kenangan-kenangan, yang sesekali meminta dimunculkan kembali, melalui jalan-jalan, bangunan, tiang-tiang, senyuman tukang becak, teriakan para kondektur bus kota yang banyak asap, macet-macet malioboro, padatnya perempatan Mirota, anak jalanan yang mengamen tanpa irama, jalanan Pogung yang becek di musim hujan, siaran Swaragama, foto-foto jaman mahasiswa, jual ronde malam-malam di Bunderan, lampu-lampu di gedung pusat, beringin di pojokan Biologi, mungkin juga deretan jual gudeg jalan kaliurang subuh hari...

Saya percaya kenangan semacam ini mungkin akan saya alami suatu saat. Saya yakin.

"pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu..."
KLA bernyanyi di radio saya pagi ini.

1 comment:

Anonymous said...

mungkin aku juga akan merasakannya mas wib.....


aderianos malakianos...